Selasa, 15 Desember 2009

Quantum Teaching, Pembelajaran yang Menyenangkan

QUANTUM TEACHING
1. PENGERTIAN DAN LANDASAN
Quantum adalah interaksi yang mengubah energi manjadi cahaya, sedangkan teaching adalah pengajaran. Jadi, Quantum Teaching dapat diartikan sebagai orkestrasi bermacam-macam interaksi yang ada di dalamdan sekitar moment belajar. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan belajar siswa. Interaksi-interaksi ini mengubah kemampuan dan bakat alamiah peserta didik menjadi cahaya yang bermanfaat bagi mereka sendiri dan orang lain. Quantum Teaching memberikan petunjuk spesifik untuk menciptakan lingkungan belajar efektif, merancang kurikulum, menyampaikan isi dan memudahkan proses belajar. Quantum Teaching diciptakan berdasarkan teori-teori pendidikan seperti Accelerated Learning, Multipel Intelegence, Experential Learning, dan Cooperative Learning. Sebagai sebuah pendekatan belajar, Quantum Teaching menawarkan suatu sintesis dari hal-hal seperti cara-cara baru untuk memaksimalkan dampak usaha pengajaran melalui perkembangan hubungan, pegubahan belajar, dan penyampaian kurikulum. Pendekatan ini dibangun bedasarkan pengalaman delapan belas tahun dan penelitian terhadap 25.000 peserta didik dan sinergi dengan pendapat ratusan pendidik.Quantum Teaching bersandar pada konsep ; "Bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka". Inilah asas atau landasan utama dibalik segala strategi, Model, dan keyakinan Quantum Teaching. Segala hal yang dilakukan dalam kerangka Quantum Teaching, setiap interaksi dengan peserta didik, setiap rancangan kurikulum, dan setiap metode instruksional dibangun atas prinsip bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka. Prinsip ini mengingatkan kita pada pentingnya memasuki dunia peserta didik sebagai langkah yang amat penting.

2. PRINSIP-PRINSIP QUANTUM TEACHING

Quantum Teaching memiliki lima prinsip, yaitu;Pertama, segalanya berbicara, termasuk lingkungan kelas, bahasa tubuh, desain pelajaran, dan lain-lain. Segalanya dalam lingkungan kelas hinggga bahasa tubuh anda, dari kertas yang anda bagikan hingga rancangan pelajaran anda mengirim pesan tentang belajar.Para guru harus menyadari dan memahami bahwa perasaan dan sikap peserta didik akan terlibat dan berpengaruh kuat terhadap proses pembelajaran. Untuk itu para guru harus dapat menciptakan kesenangan dalam proses pembelajaran, karena kesenangan dan kegembiraan dalam pembelajaran akan membuat peserta didik lebih mudah bahkan dapat mengubah sikap negatif dalam proses pembelajaran. Hal ini berarti bahwa seseorang akan belajar dengan segenap kemampuannya jika ia menyukai yang dipelajarinya dan merasa senang terlibat dalam hal tersebut. Gunakan afirmasi untuk menambah lebih banyak kegembiraan, menjalin hubungan serta menyingkirkan segala macam ancaman dari suasana belajar, seperti marah, mengejek atau mencemoohkan dan lain-lain. Karena ketika otak menerima ancaman dan tekanan, kapasitas saraf untuk berfikir rasional mengecil, akibatnya otak tidak dapat mengakses keterampilan berfikir tingkat tinggi dan kemampuan belajar peserta didik benar-benar berkurang.Kedua, segalanya bertujuan. Semua yang terjadi dalam pengubahan anda mempunyai tujuan.Ketiga, pengalaman sebelum pemberian nama. Pengalaman menciptakan ikatan emosional dan peluang untuk pemberian makna atau penamaan. Pengalaman juga menciptakan pertanyaan mental yang harus di jawab, seperti mengapa? Apa? Jadi, pengalaman membangun keingintahuan peserta didik, menciptakan pertanyaan-pertanyaan tersebut dalam benak mereka, membuat mereka panasaran, setelah itu baru anda memberi nama. Disamping itu otak kita berkemban dengan pesat dengan adanya rangsangan kompleks, yang akan menggerakkanrasa ingin tahu. Oleh karena itu proses pembelajaran yang paling baik terjadi setelah peserta didik mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk mereka pelajari.Keempat, akui setiap usaha. Setiap orang senang pengakuan. Menerima pengakuan membuat kita merasa bangga, percaya diri dan bahagia. Penelitian mendukung bahwa kemampuan peserta didik meningkat karena pengakuan pendidik. Peserta didik yang dibuat merasa tidak diterima dan tidak kompeten akan lambat memulihkan rasa percaya diri mereka. Oleh karena belajar mengandung resiko dan dengan belajar berarti melangkah keluar dari kenyamanan, Maka saat mahasiswa mengambil langkah ini, mereka patut mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka. Untuk itu kerja keras perlu dirayakan. Karena perayaan kerja keras akan mendorong mereka memperkuat rasa tanggungjawab dan mengawali proses belajar mereka sendiri. Bila respon yang diterima menyenangkan, peserta didik akan cenderung mengulang respon tersebut karena ingin memelihara akibat yang menyenangkan. Bila respon itu kurang menyenangkan, peserta didik cenderung mencari jalan yang dapat mengurangi rasa tidak menyenangkan tersebut dengan cara menghindari respon yang sama atau melakukan prilaku lain. Implikasinya dalam kegiatan pebelajaran adalah perlunya pemberian umpan balik yang positif dengan segeraatas keberhasilan atau respon yang benar dari peserta didik dan peserta didik harus aktif membuat respon, bukan duduk manis mendengarkan saja. Dalam pengembangan kegiatan pembelajaran , hal ini diterapkan dalam bentuk pemberian latihan dan tes untuk dikerjakan peserta didik serta pemberian umpan balik segera terhadap hasilnya. Kelima, jika layak dipelajari, maka layak di rayakan. Setiap kesuksesan dan langkah menuju kemenangan akan memacu peserta didik, jka langkah itu ditambatkan pada perayaan. Perayaan adalah “sarapan” para juara. Perayaan memberikan umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi yang positif terhadap belajar. Disamping itu perayaan juga dapat meningkatkan minat dan motivasi peserta didik dalam belajar. Sebaliknya apabila keberhasilan peserta didik tersebut tidak dirayakan atau diperkuat dengan pemberian akibat yang menyenangkan maka kemampuan atau keterampilan yang baru dikuasainya dapat hlang atau berkurang frekuensinya. Implikasi prinsip ini dalam pembelajaran adalah perlunya pemberian isi pelajaran yang berguna bagi peserta didik di luar ruang kelas damn memberika umpan balik berupa imbalan dan penghargaan terhadap keberhasilan peserta didik.Ada beberapa bentuk perayaan yang dapat dilakukan untuk menghargai kesuksesan peserta didik antara lain adalah tepuk tangan, ungkapan pujian, kejuatan, pengakuan kekuatan dan lain-lain.

3. Nilai-Nilai Quantum Teaching dalam Pengembangan Pembelajaran di Sekolah

Nilai-nilai Quantum Teaching dalam pengembangan pembelajaran di sekolah dapat dilihat dari dua sisi, yaitu konteks dan isi. Dari sisi konteks, nilai-nilai Quantum Teaching dalam pengembangan pembelajaran di sekolah mencakup beberapa hal sebagai berikut;1 Suasana yang memberdayakan berkaitan dengan bahasa yang dipilih, cara menjalin rasa simpati dengan peserta didik, dan sikap terhadap sekolah dan belajar. Untuk membangun suasana yang memberdayakan atau menggairahkan tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu niat, hubungan, dan kegembiraan. Pertama, niat kuat kepercayaan seorang guru akan kemampuan dan motivasi peserta didik melakukan yang terbaik. Sikap ini sangat berpengaruh terhadap iklim belajar dan hasil belajar peserta didik. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran, guru harus menganggap atau memandang semua peserta didik merupakan siswa-siswa yang unggul, yang dapat mengembangkan potensi dirinya semaksimal mungkin. Guru tidak boleh memandang peserta didik bodoh. Karena keyakinan seseorang akan kemampuan dirinya sangat berpengaruh kepada kemampuan diri itu sendiri. Kedua, hubungan. Untuk menarik keterlibatan peserta didik, guru harus membangun hubungan dengan cara menjalin rasa simpati dan saling pengertian. Untuk itu, perlakukan peserta didik sebagai manusia sederajat, ketahuilah apa yang disukai oleh peserta didik, cara fikir mereka, perasaan mereka mengenai hal-hal yang terjadi dalam kehidupan mereka, berbicaralah dengan jujur kepada mereka. Dengan menjalin rasa simpati dan saling pengertian ini dapat memudahkan pengelolaam kelas dan meningkatkan kegembiraan. Untuk itu guru perlu menarik perhatian peserta didik dalam proses pembelajaran, dengan cara menunjukkan hal-hal sebagai berikut.
a. Apa yang akan dikuasai oleh peserta didik setelah proses pembelajaran berlangsung
b. Bagaimana peserta didik menggunakan apa yang dikuasainya ke dalam kehidupan sehari-hari (Contextual Learning).
c. Bagaimana suatu yang dikuasainya itu dapat melengkapi, manambah, atau berintegrasi dengan apa yang telah dikuasai sebelumnya. Penjelasan ini penting artinya karena peserta didik akan belajar leih cepat dan mudah bila ia dapat mengintegrasikan suatu yang dipelajarinya dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang telah dimliki sebelumnya.
d. Bagaimana prosedur yang harus diikuti atau kegiatan yang harus dilakukan peserta didik agar ia mencapai tujuan pembelajarane. Bagaimana cara penilaian yang akan diberikan kepada peserta didik dalam pelajaran tersebut, atau apa keuntungan peserta didik bila ia mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Ketiga, keriangan dan ketakjuban. Keriangan dan ketakjuban dapat membawa kegembiraan dalam proses pembelajaran, sehingga menjadi lebih menyenangkan dan santai. Menyenangkan berarti suasana kelas penuh diliputi suasana demokrasi. Peserta didik bebas menyampaikan gagasan-gagasan dalam berpendapat. Peserta didik tidak dliputi rasa takut dalam menyampaikan pertanyaan. Guru dalam merespon peserta didik senantiasa menanggapi dengan gaya dan bahasa yang penuh motivasi dan empati. Pembelajaran yang menyenangkan dan santai dapat membuat peserta didik siap belajar dengan lebih mudah dan bahkan dapat mengubah sikap negatif terhadap pelajaran yang diajarkan. 2. Lingkungan yang mendukung.Lingkungan kelas harus ditata dengan baik sehingga mendukung proses belajar yang menyenangkan, hidup dan penuh semangat. Lingkungan kelas seperti ini akan mempengaruhi kemampuan peserta didik untuk berkonsentrasi dalam menyerap informasi. Menata lingkungan kelas dapat dilakukan dengan membuat poster, pewarnaan, alat bantu dalam proses pembelajaran, susunan bangku atau musik.

DAFTAR PUSTAKA
Deporter, Bobbi, dkk. 2000. Quantum Teaching. Bandung : KAIFA.
http://mahmun.wordpress.com
http://www.smpn1sumber.sch.id

Rabu, 02 Desember 2009

Menjadi Guru Profesional


Dalam manajemen sumber daya manusia, menjadi profesional adalah tuntutan jabatan, pekerjaan ataupun profesi. Ada satu hal penting yang menjadi aspek bagi sebuah profesi, yaitu sikap profesional dan kualitas kerja. Profesional (dari bahasa Inggris) berarti ahli, pakar, mumpuni dalam bidang yang digeluti.

Menjadi profesional, berarti menjadi ahli dalam bidangnya. Dan seorang ahli, tentunya berkualitas dalam melaksanakan pekerjaannya. Akan tetapi tidak semua Ahli dapat menjadi berkualitas. Karena menjadi berkualitas bukan hanya persoalan ahli, tetapi juga menyangkut persoalan integritas dan personaliti. Dalam perspektif pengembangan sumber daya manusia, menjadi profesional adalah satu kesatuan antara konsep personaliti dan integritas yang dipadupadankan dengan skil atau keahliannya.

Menjadi profesional adalah tuntutan setiap profesi, seperti dokter, insinyur, pilot, ataupun profesi yang telah familiar ditengah masyarakat. Akan tetapi guru...? Sudahkan menjadi profesi dengan kriteria diatas. Guru jelas sebuah profesi. Akan tetapi sudahkah ada sebuah profesi yang profesional...? Minimal menjadi guru harus memiliki keahlian tertentu dan distandarkan secara kode keprofesian. Apabila keahlian tersebut tidak dimiliki, maka tidak dapat disebut guru. Artinya tidak sembarangan orang bisa menjadi guru.

Namun pada kenyataanya, banyak ditemui menjadi guru seperti pilihan profesi terakhir. Kurang bonafide, kalau sudah mentok tidak ada pekerjaan lain atau sebuah status sosial yang lekat dengan kemarginalan, gaji kecil, tidak sejahtera malah dibawah garis kemisikinan. Bahkan guru ada yang dipilih asal comot yang penting ada yang mengajar. Padahal guru adalah operator sebuah kurikulum pendidikan.Ujung tombak pejuang pengentas kebodohan. Bahkan guru adalah mata rantai dan pilar peradaban dan benang merah bagi proses perubahan dan kemajuan suatu masyarakat atau bangsa.

Mengingat guru adalah profesi yang sangat idealis, pertanyaannya adakah guru profesional itu...? Dan bagaimana melahirkan sosok guru yang profesional tersebut...?

Guru Profesional
Kalau mengacu pada konsep di atas, menjadi profesional adalah meramu kualitas dengan intergiritas, menjadi guru pforesional adalah keniscayaan. Namun demikian, profesi guru juga sangat lekat dengan peran yang psikologis, humannis bahkan identik dengan citra kemanusiaan. Karena ibarat sebuah laboratorium, seorang guru seperti ilmuwan yang sedang bereksperimen terhadap nasib anak manusia dan juga suatu bangsa.Ada beberapa kriteria untuk menjadi guru profesional.

Memiliki skill/keahlian dalam mendidik atau mengajar

Menjadi guru mungkin semua orang bisa. Tetapi menjadi guru yang memiliki keahlian dalam mendidikan atau mengajar perlu pendidikan, pelatihan dan jam terbang yang memadai. Dalam kontek diatas, untuk menjadi guru seperti yang dimaksud standar minimal yang harus dimiliki adalah:
Memiliki kemampuan intelektual yang memadai
Kemampuan memahami visi dan misi pendidikan
Keahlian mentrasfer ilmu pengetahuan atau  metodelogi pembelajaran
Memahami konsep perkembangan anak/psikologi perkembangan
Kemampuan mengorganisir dan problem solving
Kreatif dan memiliki seni dalam mendidik
Personaliti Guru

Profesi guru sangat identik dengan peran mendidik seperti membimbing, membina, mengasuh ataupun mengajar. Ibarat sebuah contoh lukisan yang akan ditiru oleh anak didiknya. Baik buruk hasil lukisan tersebut tergantung dari contonya. Guru (digugu dan ditiru)  otomatis menjadi teladan. Melihat peran tersebut, sudah menjadi kemutlakan bahwa guru harus memiliki integritas dan personaliti yang baik dan benar. Hal ini sangat mendasar, karena tugas guru bukan hanya mengajar (transfer knowledge)  tetapi juga menanamkan nilai - nilai dasar dari bangun karakter atau akhlak anak.

Memposisikan profesi guru sebagai  The High Class Profesi

Di negeri ini sudah menjadi realitas umum  guru bukan menjadi profesi yang berkelas baik secara sosial maupun ekonomi. Hal yang biasa, apabila menjadi Teller di sebuah Bank, lebih terlihat high class dibandingkan guru. jika ingin menposisikan profesi guru setara dengan profesi lainnya,  mulai di blow up bahwa profesi guru strata atau derajat yang tinggi dan dihormati dalam masyarakat. Karena mengingat begitu fundamental peran guru bagi proses perubahan dan perbaikan di masyarakat.

Mungkin kita perlu berguru dari sebuah negara yang pernah porak poranda akibat perang. Namun kini telah menjelma menjadi negara maju yang memiliki tingkat kemajuan ekonomi dan teknologi yang sangat tinggi. Jepang merupakan contoh bijak untuk kita tiru. Setelah Jepang kalah dalam perang dunia kedua,  dengan dibom atom dua kota besarnya, Hirohima dan Nagasaki, Jepang menghadapi masa krisis dan kritis kehidupan berbangsa dan bernegara yang sangat parah. Namun ditengah kehancuran akibat perang, ditengah ribuan orang tewas dan porandanya infrastruktur negaranya, Jepang berpikir cerdas untuk memulai dan keluar dari kehancuran perang. Jepang hanya butuh satu keyakinan, untuk bangkit. Berapa guru yang masih hidup...?

Hasilnya setelah berpuluh tahun berikut, semua orang terkesima dengan kemajuan yang dicapai Jepang. Dan tidak bisa dipungkiri, semua perubahan dan kemajuan yang dicapai, ada dibalik sosok Guru yang begitu dihormati dinegeri tersebut.

Kini, lihatlah Indonesia, negara yang sangat kurang respek dengan posisi guru. Negara yang kurang peduli dengan nasib guru. Kini lihatlah hasilnya. Apabila mengacu pada Human Index Development (HDI), Indonesia menjadi negara dengan kualias SDM yang memprihatinkan. Berdasarkan HDI tahun 2007,  Indonesia berada diperingkat 107 dunia dari 177 negara. Bila dibandingkan dengan negara sekitar, tingkat HDI Indonesia jauh tertinggal.Contoh Malaysia berada diperingkat 63,  Thailand 78, dan Singapura 25. Indonesia hanya lebih baik dari Papua Nugini dan Timor Leste yang berada diposisi 145 dan 150.

HDI merupakan potret tahunan untuk melihat perkembangan manusia di suatu negara. HDI adalah kumpulan penilaian dari 3 kategori, yakni kesehatan, pendidikan dan ekonomi. Menjadi jelaslah bahwa, sudah saatnya Indonesia menjadikan sektor pendidikan sebagai prioritas utama dalam program pembangunan. Apabilah hal ini tidak dibenahi, bukan hal mustahil daya saing dan kualitas manusia Indonesia akan lebih rendah dari negara yang baru saja merdeka seperti Vietnam atau Timor Leste.

Program Profesionalisme Guru
Pola rekruitmen yang berstandar dan selektif
Pelatihan yang terpadu, berjenjang dan berkesinambungan (long life eduction)
Penyetaraan pendidikan dan membuat standarisasi mimimum pendidikan
Pengembangan diri dan motivasi riset
Pengayaan kreatifitas untuk menjadi guru karya (Guru yang bisa menjadi guru)
Peran Manajeman Sekolah
Fasilitator program Pelatihan dan Pengembangan profesi
Menciptakan jenjang karir yang fair dan terbuka
Membangun manajemen dan sistem ketenagaan yang baku
Membangun sistem kesejahteraan guru berbasi

Rabu, 11 November 2009

Kalimat Ambigu (Bermakna Ganda)

Perhatikan struktur kalimat yang bermakna ambigu berikut ini.
1. Istri pegawai yang gemuk itu berasal dari Surabaya.
2. Saya telah memiliki buku sejarah demokrasi yang baru.
3. Sumbangan kedua sekolah itu telah kami terima.
Kalimat-kalimat di atas memiliki makna ambigu (ganda) sehingga dapat membingungkan orang yang membacanya.
Pada kalimat 1, siapakah yang gemuk, pegawai atau isteri pegawai? Kalimat itu memang mengandung dua makna:
• pertama, yang gemuk adalah pegawai; atau
• kedua. yang gemuk adalah isteri pegawai.
Pada kalimat 2, apanya yang baru, bukunya, sejarahnya, atau demokrasinya? Kalimat itu bisa bermakna ambigu:
• pertama, bukunya yang baru;
• kedua, sejarahnya yang baru; dan
• ketiga, demokrasinya yang baru.
Pada kalimat 3, juga terdapat makna ambigu:
• pertama. ada dua kali sumbangan yang diberikan oleh sekolah itu; atau
• kedua. ada dua sekolah yang menyumbang.
Untuk menghindari ambiguitas makna, kalimat 1 dapat dirumuskan sbb.:
1. Jika yang gemuk adalah isteri pegawai, maka dapat ditulis sbb.: Istri-pegawai yang gemuk itu berasal dari Surabaya. Penggunaan tanda hubung (-) dapat memperjelas bahwa kedua kata itu (isteri dan pegawai) merupakan satu kesatuan, sehingga kalimat itu bermakna yang gemuk adalah istri pegawai. Atau dapat pula dirumuskan sbb.: Pegawai yang isterinya gemuk itu berasal dari Surabaya.
2. Jika yang gemuk adalah pegawainya, maka dapat dirumuskan sebagai berikut: Pegawai yang gemuk itu istrinya dari Surabaya.
Untuk kalimat 2:
1. Jika yang baru adalah bukunya, ditulis sbb.: Saya telah memiliki buku-sejarah-demokrasi yang baru, atau Saya telah memiliki buku baru tentang sejarah demokrasi.
2. Jika yang baru adalah sejarahnya, ditulis sbb.: Saya telah memiliki buku tentang sejarah-demokrasi yang baru.
3. Jika yang baru adalah demokrasinya, ditulis sbb.: Saya telah memiliki buku sejarah tentang demokrasi yang baru.
Untuk kalimat 3:
1. Jika yang dimaksud ada dua kali sumbangan, ditulis sbb.: Sumbangan yang kedua sekolah itu telah kami terima.
2. Jika yang maksud ada dua sekolah yang menyumbang, ditulis sbb.: Sumbangan kedua-sekolah itu telah kami terima.

Demikianlah uraian singkat tentang kalimat ambigu. Bila Anda memiliki komentar, silakan posting komentar Anda. Terima kasih.

JURNALISTIK

PENDAHULUAN

Kegiatan jurnalistik sebenarnya sudah lama dikenal manusia di dunia ini, karena selalu hadir di tengah-tengah kita, seiring dengan kegiatan pergaulan hidup manusia yang dinamis, terutama sekali di era informasi dan komunikasi dewasa ini.

Pada zaman dahulu, kegiatan jurnalistik tentu saja masih sangat sederhana dan medianya belum berupa koran, tabloid, majalah, radio, televisi, apalagi internet.

Seiring perubahan dan perkembangan zaman, kegiatan jurnalistik pun mengalami proses yang sangat dinamis. Dengan munculnya media internet, kegiatan dan cabang jurnalistik pun turut berubah.

Media massa cetak yang mapan pun harus menyesuaikan diri dengan perubahan dan perkembangan tersubut, yang ditandai dengan munculnya versi online mereka. Misalnya harian Kompas (Jakarta), harian Media Indonesia (Jakarta), harian Jawa Pos (Surabaya), harian Kedaulatan Rakyat (Yogyakarta), harian Pikiran Rakyat (Bandung), harian Suara Merdeka (Semarang), tabloid olahraga Bola (Jakarta), dan harian Fajar (Makassar). Mereka kini juga muncul dengan versi online yang berita-beritanya dapat diakses secara gratis lewat internet.

Media cetak yang tidak punya versi online akhirnya tertinggal dan lama-kelamaan bisa mati digilas oleh perubahan itu. Sebutlah misalnya harian Pedoman Rakyat di Makassar yang terbit sejak 1 Maret 1947, akhirnya mati dan tidak terbit lagi sejak 3 Oktober 2007.

Entah bagaimana kegiatan jurnalistik dan bentuk media massa ke depan. Yang pasti, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memaksa manusia melakukan atau mengikuti perubahan. Jika kita tidak berubah, maka yakinlah, kita pasti akan digilas oleh perubahan itu.


PENGERTIAN JURNALISTIK

Pengertian atau definisi jurnalistik sangat banyak. Secara etimologi, jurnalistik berasal dari dua suku kata, yakni jurnal dan istik.

Jurnal berasal dari bahasa Perancis, jounal, yang berarti catatan harian. Dalam bahasa Latin, juga ada kata yang hampir sama bunyi dan upacannya dengan journal yakni diurna, yang mengandung arti hari ini.

Pada zaman Kerajaan Romawi Kuno saat Julius Caesar berkuasa, dikenal istilah acta diurna yang mengandung makna rangkaian akta (gerakan, kegiatan, dan kejadian).
Kata istik merujuk pada istilah estetika yang berarti ilmu pengetahuan tentang keindahan.

Keindahan dimaksud adalah mewujudkan berbagai produk seni dan atau keterampilan dengan menggunakan bahan-bahan yang diperlukan, seperti kayu, batu, kertas, cat, atau suara. Dalam hal ini meliputi semua macam bangunan, kesusastraan, dan musik.

Hasil seni dan atau keterampilan dimaksud mengandung nilai-nilai yang bisa diminati dan dinikmati manusia pengagumnya, karena keindahan tersebut mengandung makna yang luas, serta mencakup sifat-sifatnya yang obyektif dan subyektif.

Dengan demikian, secara etimologis, jurnalistik dapat diartikan sebagai suatu karya seni dalam hal membuat catatan tentang peristiwa sehari-hari. Karya seni dimaksud memiliki nilai keindahan yang dapat menarik perhatian khalayaknya (pembaca, pendengar, pemirsa), sehingga dapat dinikmati dan dimanfaatkan untuk keperluan hidupnya.

Di dalam istilah jurnalistik juga terkandung makna sebagai suatu seni dan atau keterampilan mencari, mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan informasi dalam bentuk berita secara indah agar dapat diminati dan dinikmati, sehingga bermanfaat bagi segala kebutuhan pergaulan hidup khalayak.

Secara lebih luas, pengertian atau definisi jurnalistik adalah seni dan keterampilan mencari, mengumpulkan, mengolah, menyusun, dan menyajikan berita tentang peristiwa yang terjadi sehari-hari secara indah, dalam rangka memenuhi segala kebutuhan hati nurani khalayaknya, sehingga terjadi perubahan sikap, sifat, pendapat, dan perilaku khalayak sesuaia dengan kehendak para jurnalisnya. (Kustadi Suhandang, 2004 : 21)
Masih banyak definisi atau pengertian jurnalistik, antara lain kejadian pencatatan dan atau pelaporan, serta penyebaran tentang kejadian sehari-hari (Astrid S. Susanto, 1986, Komunikasi Massa, Hal. 73).

Onong Uchjana Effendy (1981: 102) menyatakan bahwa jurnalistik merupakan kegiatan pengolahan laporan harian yang menarik minat khalayak, mulai dari peliputan sampai penyebarluasannya kepada masyarakat.

A.W. Widjaja (1986: 27) menyebutkan bahwa jurnalistik merupakan suatu kegiatan komunikasi yang dilakukan dengan cara menyiarkan berita ataupun ulasannya mengenai berbagai peristiwa atau kejadian sehari-hari yang aktual dan faktual dalam waktu secepat-cepatnya.

Ensiklopedi Indonesia secara rinci menerangkan bahwa jurnalistik adalah bidangprofesi yang mengusahakan penyajian informasi tengang kejadian dan atau kehidupan sehari-hari secara berkala, dengan menggunakan sarana-sarana penerbitan yang ada.

Secara harfiah, jurnalistik artinya kewartawanan atau hal-ikhwal pemberitaan. Menurut kamus, jurnalistik diartikan sebagai kegiatan untuk menyiapkan, mengedit, dan menulis di surat kabar, majalah, dan media massa lainnya.


SEJARAH JURNALISTIK

Ada yang berpendapat bahwa Nabi Nuh, adalah orang pertama yang melakukan pencarian dan penyampaian berita.

Dikisahkan bahwa pada waktu itu sebelum Allah SWT menurunkan banjir besar, maka diutuslah malaikat menemui dan mengajarkan cara membuat kapal laut sampai selesai kepada Nabi Nuh.

Kapal tersebut dibuat di atas bukit dan bertujuan mengevakuasi Nabi Nuh bersama sanak keluarganya dan seluruh pengikutnya yang saleh dan segala macam hewan masing-masing satu pasang.

Setelah semua itu dilakukan, maka turunlah hujan selama berhari-hari yang disertai angin kencang dan kemudian terjadilah banjir besar. Dunia pun dengan cepat menjadi lautan yang sangat besar dan luas.

Nabi Nuh bersama orang-orang yang beriman lainnya dan hewan-hewan di dalam kapal laut, berlayar dengan selamat di atas gelombang lautan banjir yang sangat dahsyat.
Setelah berbulan-bulan lamanya, Nabi Nuh beserta orang-orang beriman lainnya mulai khawatir dan gelisah, karena persediaan makanan mulai berkurang.

Masing-masing penumpang pun mulai bertanya-tanya, apakah banjir besar itu memang tidak berubah atau bagaimana? Mereka pun berupaya mencari dan meminta kepastian.
Atas permintaan dan desakan tersebut, Nabi Nuh mengutus seekor burung dara ke luar kapal untuk meneliti keadaan air dan kemungkinan adanya makanan.

Setelah beberapa lama burung itu terbang mengamati keadaan air, dan kian kemari mencari makanan, ternyata upayanya sia-sia belaka. Burung dara itu hanya melihat daun dan ranting pohon zaitun (olijf) yang tampak muncul ke permukaan air. Ranting itu pun di patuknya dan dibawanya pulang ke kapal.

Atas datangnya kembali burung itu dengan membawa ranting zaitun, Nabi Nuh mengambil kesimpulan bahwa air bah sudah mulai surut, namun seluruh permukaan bumi masih tertutup air, sehingga burung dara itu pun tidak menemukan tempat untuk istirahat.
Maka kabar dan berita itu pun disampaikan Nabi Nuh kepada seluruh anggota penumpangnya.

Atas dasar fakta tersebut, para ahli sejarah menamakan Nabi Nuh sebagai seorang pencari berita dan penyiar kabar (wartawan) yang pertama kali di dunia.

Malah ada yang menyimpulkan bahwa Kantor Berita pertama di dunia adalah Kapal Nabi Nuh.

Dalam sejarah Kerajaan Romawi disebutkan bahwa Raja Imam Agung menyuruh orang membuat catatan tentang segala kejadian penting. Catatan itu dibuat pada annals (papan tulis yang digantungkan di serambi rumah raja). Catatan pada papan tulis itu merupakan pemberitahuan bagi setiap orang yang lewat dan memerlukannya.

Pengumuman sejenis itu dilanjutkan oleh Julius Caesar pada zaman kejayaannya.
Julius Caesar mengumumkan hasil persidangan senat, berita tentang kejadian sehari-hari, peraturan-peraturan penting, serta apa yang perlu disampaikan dan diketahui rakyatnya, dengan jalan menuliskannya pada papan pengumuman berupa papan tulis pada masa itu (60 SM).

Papan tulis itu dikenal dengan nama acta diurna dan diletakkan di Forum Romanum (Stadion Romawi) untuk diketahui oleh umum. Terhadap isi acta diurna tersebut setiap orang boleh membacanya, bahkan juga boleh mengutipnya untuk kemudian disebarluaskan dan dikabarkan ke tempat lain.

Acta diurna itulah yang disebut-sebut sebagai cikal bakal lahirnya surat kabar harian.

Seiring kemajuan teknologi informasi, maka yang bermula dari laporan harian maka tercetaklah menjadi surat kabar harian.

Dari media cetak berkembang ke media elektronik, dari kemajuan elektronik terciptalah media informasi berupa radio.

Tidak cukup dengan radio yang hanya berupa suara muncul pula terobosan baru berupa media audio visual yaitu TV (televisi).

Media informasi tidak puas hanya dengan televisi, maka lahirlah internet, sebagai jaringan yang bebas dan tidak terbatas.

Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kini telah lahir banyak media (multimedia). Seorang yang membuka internet, bisa sekaligus mendengar berita radio, atau mendengarkan musik, atau menonton siaran televisi.


SEJARAH JURNALISME INDONESIA

Pada awalnya, komunikasi antar manusia sangat bergantung pada komunikasi dari mulut ke mulut. Catatan sejarah yang berkaitan dengan penerbitan media massa terpicu penemuan mesin cetak oleh Johannes Gutenberg.

Di Indonesia, perkembangan kegiatan jurnalistik diawali oleh Belanda. Beberapa pejuang kemerdekaan Indonesia pun menggunakan jurnalisme sebagai alat perjuangan. Di era-era inilah Bintang Timur, Bintang Barat, Java Bode, Medan Prijaji, dan Java Bode terbit.

Pada masa pendudukan Jepang mengambil alih kekuasaan, koran-koran ini dilarang. Akan tetapi pada akhirnya ada lima media yang mendapat izin terbit: Asia Raja, Tjahaja, Sinar Baru, Sinar Matahari, dan Suara Asia.

Kemerdekaan Indonesia membawa berkah bagi jurnalisme. Pemerintah Indonesia menggunakan Radio Republik Indonesia (RRI) sebagai media komunikasi.

Menjelang penyelenggaraan Asian Games IV, pemerintah memasukkan proyek televisi. Sejak tahun 1962 inilah Televisi Republik Indonesia (TVRI) muncul dengan teknologi layar hitam putih.

Di masa kekuasaan presiden Soeharto, banyak terjadi pembreidelan (pemberangusan) media massa.

Kasus Harian Indonesia Raya dan Majalah Tempo merupakan dua contoh nyata dalam sensor kekuasaan ini.

Kontrol ini dipegang melalui Departemen Penerangan (Deppen) dan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).

Titik kebebasan pers mulai terasa lagi saat BJ Habibie menggantikan Soeharto sebagai Presiden RI, pada 1998. Banyak media massa yang muncul kemudian dan PWI tidak lagi menjadi satu-satunya organisasi profesi kewartawanan.

Kegiatan jurnalisme diatur dengan Undang-Undang Penyiaran dan Kode Etik Jurnalistik yang dikeluarkan Dewan Pers.

Selasa, 03 November 2009

Macam Macam Majas

Majas : Gaya bahasa dalam bentuk tulisan maupun lisan yang dipakai dalam suatu karangan yang bertujuan untuk mewakili perasaan dan pikiran si pengarang.

1) Majas Metafora : Gabungan dua hal yang berbeda yang dapat membentuk suatu pengertian baru. Contoh : Raja siang, kambing hitam

2) Majas Alegori : Majas perbandingan yang memperlihatkan suatu perbandingan yang utuh. Contoh : Suami sebagai nahkoda, Istri sebagai juru mudi

3) Majas Personifikasi : Majas yang melukiskan suatu benda dengan memberikan sifat – sifat manusia kepada benda, sehingga benda mati seolah-olah hidup. Contoh : Awan menari – nari di angkasa, baru saja berjalan 8 km mobilnya sudah batuk – batuk

4) Majas Perumpamaan ( Majas Asosiasi ) : Suatu perbandingan dua hal yang berbeda, namun dinyatakan sama. Contoh : Bagaikan harimau pulang kelaparan, seperti menyulam di kain yang lapuk

5) Majas Antilesis : Gaya bahasa yang membandingkan dua hal yang berlawanan. Contoh : Air susu dibalas air tuba

6) Majas Hiperbola : Suatu gaya bahasa yang bersifat melebih – lebihkan. Contoh : Ibu terkejut setengah mati, ketika mendengar anaknya kecelakaan

7) Majas Ironi : Gaya bahasa yang bersifat menyindir dengan halus. Contoh : Bagus sekali tulisanmu, sampai – sampai tidak bisa dibaca

8) Majas Litotes : Majas yang digunakan untuk mengecilkan kenyataan dengan tujuan untuk merendahkan hati. Contoh : Mampirlah ke gubuk saya ( Padahal rumahnya besar dan mewah )

9) Majas Sinisme : Majas yang menyatakan sindiran secara langsung. Contoh : Perilakumu membuatku kesal

10) Majas Oksimoron : Majas yang antarbagiannya menyatakan sesuatu yang bertentangan. Contoh : Cinta membuatnya bahagia, tetapi juga membuatnya menangis

11) Majas Metonimia : Majas yang memakai merek suatu barang. Contoh : Kami ke rumah nenek naik kijang

12) Majas Alusio : Majas yang mepergunakan peribahasa / kata – kata yang artinya diketahui umum. Contoh : Upacara ini mengingatkan aku pada proklamasi kemerdekaan tahun 1945

13) Majas Eufemisme : Majas yang menggunakan kata – kata / ungkapan halus / sopan. Contoh : Para tunakarya itu perlu diperhatikan

14) Majas Elipsis : Majas yang manghilangkan suatu unsure kalimat. Contoh : Kami ke rumah nenek ( penghilangan predikat pergi )

15) Majas Inversi : Majas yang dinyatakan oleh pangubahan suatu kalimat. Contoh : Aku dan dia telah bertemu > Telah bertemu, aku dan dia

16) Majas Pleonasme : Majas yang menggunakan kata – kata secara berlebihan dengan maksud untuk menegaskan arti suatu kata. Contoh : Mari naik ke atas agar dapat meliahat pemandangan

17) Majas Antiklimaks : Majas yang menyatakan sesuatu hal berturut – turut yang makin lama makin menurun. Contoh : Para bupati, para camat, dan para kepala desa

18) Majas Klimaks : Majas yang menyatakan beberapa hal berturut – turut yang makin lama makin mendebat. Contoh : Semua anak – anak, remaja, dewasa, orang tua dan kakek

19) Majas Retoris : Majas yang berupa kalimat tanya yang jawabanya sudah diketahui. Contoh : Siapakah yang tidak ingin hidup ?

20) Majas Aliterasi : Majas yang memanfaatkan kata – kata yang bunyi awalnya sama. Contoh : Inikah Indahnya Impian ?

21) Majas Antanaklasis : Majas yang mengandung ulangan kata yang sama dengan makna yang berbeda. Contoh : Ibu membawa buah tangan, yaitu buah apel merah

22) Majas Repetisi : Majas perulangan kata – kata sebagai penegasan. Contoh : Selamat tinggal pacarku, selamat tinggal kekasihku

23) Majas Paralelisme : Majas perulangan sebagaimana halnya repetisi, disusun dalam baris yang berbeda. Contoh : Hati ini biru Hati ini lagu Hati ini debu

24) Majas Kiasmus : Majas yang berisi perulangan dan sekaligus mengandung inverse. Contoh : Mereka yang kaya merasa miskin, dan yang miskin merasa kaya

25) Majas Simbolik : Majas perbandingan yang melukiskan sesuatu dengan membandingkan dengan benda – benda lain. Contoh : Dia menjadi lintah darat

26) Majas Antonomasia : Majas yang menyebutkan nama lain terhadap seseorang yang berdasarkan cirri / sifat menonjol yang dimilikinya. Contoh : Si pincang, Si
jangkung, Si kribo

27) Majas Tautologi : Majas yang melukiskan sesuatu dengan mempergunakan kata – kata yang sama artinya ( bersinonim ) untuk mempertegas arti. Contoh : Saya khawatir dan was – was dengannya

28) Majas Sinedoke : Majas yang menyebutkan nama bagian sebagai pengganti nama keseluruhannya atau sebaliknya. Majas Sinedoke dibagi menjadi 2 yaitu :

=> Pars pro toto : Majas yang menyebutkan sebagian, tetapi untuk benda itu secara keseluruhan. Contoh : Ayah membeli dua ekor kambing
=> Totem pro parte : Majas yang menyebutkan keseluruhan, tertapi hanya untuk sebagian saja. Contoh : Kaum wanita memperingati Hari Kartini

DAMPAK NEGATIF DARI GAME ONLINE !!

Margaretha Soleman, M.Si, Psi menuliskan dampak buruk secara sosial, psikis, dan fisik dari kecanduan bermain game online dan cara-cara penyembuhannya.

Secara Sosial:
1. Hubungan dengan teman, keluarga jadi renggang karena waktu bersama mereka menjadi jauh berkurang.
2. Pergaulan kita hanya di game on line saja, sehingga membuat para pecandu game online jadi terisolir dari teman-teman dan lingkungan pergaulan nyata.
3. Ketrampilan sosial berkurang, sehingga semakin merasa sulit berhubungan dengan orang lain.
4. Perilaku jadi kasar dan agresif karena terpengaruh oleh apa yang kita lihat dan mainkan di game online.

SECARA PSIKIS:
1. Pikiran kita jadi terus menerus memikirkan game yang sedang kita mainkan. Kita jadi sulit konsentrasi terhadap studi, pekerjaan, sering bolos atau menghindari pelajaran.
2. Membuat kita jadi cuek, acuh tak acuh, kurang peduli terhadap hal-hal yang terjadi di sekeliling kita.
3. Melakukan apa pun demi bisa bermain game, seperti berbohong, mencuri uang, dll.
4. Terbiasa hanya berinteraksi satu arah dengan komputer membuat kita jadi tertutup, sulit mengekspresikan diri ketika berada di lingkungan nyata.

SECARA FISIK:
1. Terkena paparan cahaya radiasi komputer dapat merusak saraf mata dan otak
2. Kesehatan jantung menurun akibat bergadang 24 jam bermain game online. Ginjal dan lambung juga terpengaruh akibat banyak duduk, kurang minum, lupa makan karena keasyikan main.
3. Berat badan menurun karena lupa makan, atau bisa juga bertambah karena banyak ngemil dan kurang olahraga
4. Mudah lelah ketika melakukan aktivitas fisik, kesehatan tubuh menurun akibat kurang olahraga. Yang paling parah adalah dapat mengakibatkan kematian.

Cara menyembuhkan para pecandu game online.
1. Unsur yang paling penting adalah niat, kebulatan tekad dan kontrol diri untuk dapat terlepas dari kecanduan game online dan kembali menata kehidupan yang terganggu akibat kecanduan itu.
2. Setelah ada niat, kita pun perlu mengakui bahwa kita tidak berdaya melawan keingian untuk bermain dan mengakui bahwa hidup kita jadi tidak terarah dan tidak teratur akibat game online itu.
3. Buatlah daftar alasan mengapa ingin menghentikan kecanduan game on-line. Kita dapat bertanya ke keluarga atau teman dekat untuk membantu kita melengkapi daftar itu. Tempelkan daftar ini di tempat yang mudah dilihat oleh kita untuk membantu menguatkan komitmen kita.
4. Buatlah rencana kapan kita mau berhenti sepenuhnya. Kontrol diri sangat penting dalam hal ini. Kurangi secara bertahap frekuensi bermain game online.
5. Tuliskan keuntungan yang dirasakan selama mengurangi dan membatasi bermain game online. Ketika kita kembali bermain tanpa mengenal batas waktu setelah kita berhasil berhenti bermain, bukan berarti rencana kita gagal. Hal itu wajar terjadi. Yang terpenting adalah kita belajar dari pengalaman kita agar hal itu tidak terjadi lagi.

Rabu, 21 Oktober 2009

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF

1. Cooperatif Script
(Dansere Cs..1985)

Skrip Kooperatif

Metode belajar di mana siswa bekerja kelompok (4 orang) bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari

Langkah-langkah :
1. Guru membagi siswa dalam kelompok
2. Guru memberikan wacana / materi kepada siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.
3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pendengar.
4. Pembicara membacakan ringkasannya. Sementara pendengar :
a. menyimak / mengoreksi / menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap.
b. membantu / mengingat / menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
5. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar, dan sebaliknya,serta lakukan seperti di atas.
6. Kesimpulan siswa bersama-sama dengan guru.
7. Penutup

2. Student Teams - Achievment Divisions (STAD)

Tim siswa kelompok prestasi
( Slavin 1995 )

Langkah-langkah
1. Membentuk kelompok yang anggotanya terdiri dari 4 orang secara heterogen(campuran menurut prestasi,jenis kelamin )
2. Guru menyajikan pelajaran
3. Guru memberikan tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok. Anggotanya yang sudah mengerti dapat menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
4. Guru memberikan kuis / pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab tidak boleh saling membantu
5. Memberi evaluasi
6. Kesimpulan

3. Numbereded Heads Together
Kepala bernomor
(Spencer Kagan,1992)

Langkah-langkah :
1. Siswa dibagi dalam kelompok,setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar,dan memastikan tiap anggota kelompok
dapat mengerjakannya / mengetahui jawabannya.
4. Guru memanggil salah satu nomor siswa, dengan nomor yang dipanggil melaporkan
hasil kerja sama mereka.
5. Tanggapan dari teman yang lain kemudian guru menunjuk nomor yang lain
6. Kesimpulan

4. Problem Based introduction
(Pembelajaran berdasarkan Masalah )

Langkah-langkah
a. Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan menyebutkan sarana atau alat pendukung yang dibutuhkan. Memotivasi siswa untuk terlibat aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
b. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut..(menetapkan topik,tugas,jadwal)
c. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
d. Guru membantu siswadalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
e. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap eksperimen mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

5. Demonstration
(khusus materi yang memerlukan peragaan atau percobaan,misalnya Gussen)

Langkah-langkah
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
b. Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan disampaikan
c. Menyiapkan bahan atau alat yang diperlukan
d. menunjuk salah seorang siswa untuk mendemonstrasikan sesuai skenario yang telah disiapkan
e. Seluruh siswa memperhatikan demonstrasi dan menganalisanya
f. Tiap siswa mengemukakan hasil analisanya dan juga pengalaman siswa didemonstrasikan.
g. Guru membuat kesimpulan

6. Word Square
Media : Soal dalam bentuk teka-teki

Langkah-langkah
a. Guru menyampaikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai
b. Guru membagi lembaran kegiatan sesuai contoh
c. Siswa menjawab soal (mengisi kotak-kotak tersebut dengan huruf-huruf sesuai pertanyaan )
d. Berikan poin setiap jawaban dalam kotak.

7. Explisit intruction Pengajaran langsung
( Resenshina & Stevens,1986 )

Pembelajaran langsung khusus dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan dengan pola selangkah demi selangkah

Langkah - langkah :
a. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
b. Mendemonstrasikan pengetahuan dan ketrampilan
c. Membimbing pelatihan
d. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
e. Memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan

8. Complete Sentence
Media : Siapkan blanko isian berupa paragraf yang kalimatnya belum lengkap.

Langkah - langkah :
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
b. Guru menyampaikan materi secukupnya atau siswa disuruh membacakan buku atau model dengan waktu secukupnya
c. Guru membentuk kelompok 2 atau 4 orang secara heterogen
d. Guru membagikan lembar kerja berupa pargraf yang kalimatnya belum lengkap
e. Siswa berdiskusi untuk melengkapi kalimat dengan kunci jawaban yang tersedia.
f. Siswa berdiskusi secara kelompok
g. Setelah jawaban didiskusikan,jawaban yangsalah diperbaiki. Tiap peserta membaca sampai mengerti
h. Kesimpulan

9. Artikulasi

Langkah – langkah
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
b. Guru menyajikn materi sebagaimana biasa
c. Untuk mengetahui daya serap siswa,dibentuk kelompok berpasangan dua
d. Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannyamendengar sambil membuat catatan kecil kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya.
e. Menugaskan siswa secara bergiliran / diacak menyampaikan hasil wawancara dengan temanpasangannya sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya.
f. Guru mengulang /menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa
g. Kesimpulan / penutup

10.Student Fasilitator and Explaining
Siswa/ pesertamempersentasikan idi / pendapat pada rekan peserta lainnya.

Langkah – langkah
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
b. Guru mendemonstrasikan / menyajikan materi
c. Memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya. Misalnya melalui bagan / peta konsep.
d. Guru menyimpulan ide / pendapat dan siswa
e. Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu.
f. Penutup

Selain model pembelajaran diatas masih banyak model pembelajaran lain yang bisa kita terapkan bagi siswa didik,guna meraih keberhasilan yang gemilang. Jelas semua ini harus ada “ Kemauan “ meski melalui proses yang diwarnai keuletan Kesabaran dan ketekunan serta semangat memenangkan keadaanSementara kita bisa umpamakan pendidik seperti busur panah ,dan anak didik Sebagai ank panah yang kita lepas melejit ke sasarannya dengan tepat.


PEMETAAN SKL DISERTAI LINGKUP MATERI DAN INDIKATOR SOAL
(dilengkapi contoh soal dan tips menjawab soal )

Keterampilan Berbahasa : Membaca
Standar Kompetensi Lulusan :
- Uraian
- Membaca dan memahami berbagai ragam wacana tulis (artikel, berita, opini/tajuk, tabel, bagan, grafik, peta, denah), berbagai karya sastra berbentuk puisi, cerpen, novel, drama. Ruang lingkup Materi : Menemukan gagasan utama paragraf
Indikator : Disajikan sebuah paragraf berupa artikel, siswa dapat menemukan gagasan utama pada kutipan artikel tersebut.
Kata Kunci : Gagasan utama = Inti Paragraf Inti paragraf sering pula ditanyakan dengan berbagai istilah, yakni :
• Gagasan Utama
• Pikiran Utama
• Kalimat Utama
• Ide Pokok
• Isi Pokok
• Kalimat Pokok
Tips singkat menjawab soal : Soal yang berkaitan dengan inti paragraf dapat diselesaikan dengan cara mengidentifikasikan kalimat awal atau kalimat akhir yang berisi hal umum.

CONTOH SOAL

1. Aliran darah sangat penting untuk menyirkulasikan makanan dan oksigen ke seluruh bagian tubuh. Di dalam darah terdapat suatu sistem yang dikenal dengan mekanisme pembekuan (penggumpalan) darah. Mekanisme pembekuan darah memerankan dua fungsi yang vital namun berlawanan. Fungsi pertama adalah menjaga agar darah tetap mengalir dan yang kedua, membentuk satu “Sumbatan” atau bekuan untuk menghentikan pendarahan.
Gagasan utama paragraf di atas adalah...
A. Mekanisme pembekuan darah memerankan dua fungsi yang vital namun berlawanan.
B. Pembekuan darah berfungsi untuk menghentikan pendarahan.
C. Di dalam darah terdapat suatu sistem yang dikenai dengan mekanisme pembekuan.
D. Aliran darah sangat penting untuk menyirkulasikan makanan dan oksigen ke seluruhan bagian tubuh..

PEMBAHASAN

Konsep dasar
Gagasan utama adalah inti pembicaraan dalam sebuah paragraf. Biasanya terdapat
Pada awal paragraf (deduktif) atau akhir paragraf (induktif )

Cara Cepat
Gagasan utama pada paragraf soal terdapat pada awal kalimat. Aliran darah sangat penting untuk menyirkulasikan dan oksigen ke seluruh bagian tubuh kalimat ini berisi hal umum yang kemudian diperjelas oleh kalimat-kalimat berikutnya. Sesuai dengan pernyataan pada opsi (D)

Jawaban : D



URAIAN
Standar Kompetensi Lulusan : MEMBACA
Membaca dan memahami berbagai ragam wacana tulis ( artikel, berita, opini/tajuk, tabel, bagan, grafik, peta, denah), berbagai karya sastra berbentuk puisi, cerpen, novel, dan drama
Ruang Lingkup : Membuat sebuah kritikan terhadap sebuah berita
Indikator : Disajikan sebuah paragraf berupa berita siswa
Dapat membuat kritikan yang relevan dengan isi berita.
Kata Kunci : Kritikan x dukungan artinya, kritik isi bacaan merupakan pendapat yang bertentangan dengan hal-hal yang dikemukakan dalam bacaan.
Tips singkat menjawab soal : Jika dalam teks disajikan hal-hal yang bersifat negatif, kritikan yang relevan haruslah berisi saran positif.


CONTOH SOAL
Mimisan terjadi karena pembuluh darah dalam hidung pecah. Darah yang keluar dapat masuk kedalam tenggorokan. Ini sangat berbahaya dan harus secepatnya di tangani oleh dokter.

Kritikan terhadap isi bacaan tersebut adalah...
A. Tidakdisajikan pertolongan pertama
B. Mimisan tidak boleh disepelekan
C. Mimisan harussegera ditangani dokter
D. Mimisan sangat berbahaya.


PEMBAHASAN

Konsep Dasar
Kritik berisi tanggapan atau komentarterhadap suatu hal, sifatnyamembangun atau menjadikan sesuatu lebih baik.Kadang-kadang disampaikan secara positif (santun) atau negatif (kecaman).

Cara Cepat
Dalam teks dikemukakan penyebab mimisandan efeknya. Hal yang bisa dijadikan bahan kritik adalah Mimisan tidak boleh disepelekan karena harus secepatnya ditangani oleh dokter. Sesuai dengan opsion (B)


URAIAN
Standar Kompetensi Lulusan : MEMBACA
: Membaca dan memahami berbagai ragam wacana tulis (artikel, berita, opini/ tajuk, tabel, bagan, grafik, peta, denah)
: Karya sastra berbentuk puisi, cerpen, novel,dan drama.

Ruang Lingkup Materi : Menentukan Fakta/opini dalam sebuah tajuk.
Indikator : Disajikan sebuah tajuk. Siswa dapat menemukan fakta /opini dalam sebuah tajuk.

biasanya ditandai oleh hadirnya data berupa angka.Kata Kunci : Fakta
ditandai dengankata-kata yang bersifat subyektif, misalnya sangat, semakin, dapat, mungkinOpini
Karakteristik lainnya adalah :
• mengandung bentuk-bentuk kata sifat : baik, buruk, mudah, sukar,..
• Diawali kata menurut... (yang merupakan pernyataan seseorang )

Tips singkat menjawab soal

Dalam soal, kalimat fakta dan opini biasanya dihadirkan berdampingan. Untuk fakta, carilah kalimata yang berisi hal-hal yang benar-benar terjadi atau telah terjadi (terlihat dari data-data akurat yang diberikan ).

CONTOH SOAL
1. Gubernur Jawa Barat H. Danny Setiawan menyampaikan itu pada peringatan Hari Pahlawan yang digelar di lapangan Gedung Sate, Jl.Diponegoro Bandung, Senin (12/11) ”Bangsa Indonesia termasuk didalamnya masyarakat Jabar, akan tetap hidup dan berdiri tegak bila memiliki semangat nasionalisme tersebut,” katanya.
Fakta yang terdapat dalam tajuk di atas adalah...
A. Menurut H.Danny Setiawan bangsa Indonesia, termasuk di dalamnya masyarakat Jabar, akan tetap hidup dan berdiri tegak bila memiliki semangat nasionalisme.
B. Semangat kebersamaan itu diharapkan untuk diperlihatkan masyarakat dengan “hitung-hitungan“ perannya masing-masing
C. Esensi kepahlawanan bisa direfleksikan dalam setiap upaya pembangunan masyarakat di Jabar.
D. Peringatan Hari Pahlawan yang digelardi lapangan gedung Sate, Jl.Diponegoro Bandung, Senin (12/ 11).

PEMBAHASAN

Konsep dasar
Fakta adalah sesuatu yang benar-benar terjadi atau hal yang diungkapkan berdasarkan suatu bukti nyata (realita). Sesuai dengan kata kunci di atas, kata menurut
(opsiA), kata diharapkan (opsiB), dan kata bisa (opsi C) menunjukkan sebuah opini (persepsi), bukan fakta.

Cara Cepat

Dalam opsi (D) dimuat data berupa tempat dan tanggal terjadinya sebuah peristiwa. Hal ini tentu merupakan bukti atas sesuatu yang benar-benar telah terjadi, atau disebut sebagai fakta. Jawaban : D


CONTOH SOAL
2. Pemerintah Kabupaten Tangerang memperbaiki 42 sekolah.Dana diperoleh dari pinjaman Bank Jabar. Sepuluh sekolah di antaranya mengalami kerusakan yang terutama parah. Hidayat selaku pimpro mengatakan bahwa kecil kemungkinan proyek tersebut gagal.
Kalimat opini dalam paragraf di atas terdapat pada kalimat....
A. Pertama
B. Kedua
C. Ketiga
D. Keempat

PEMBAHASAN
Konsep dasar

Opini atau pendapat adalah hasil pemikiran yang berupa penilaian, masukan, ide, pandangan, perkiraan, atau gambaran perasaan seseorang terhdap sesuatu masalah. Sifatnya subyektif.
Berdasarkan kata kunci di atas, kalimat opini ditandai oleh kemunculan kata mungkin
Selain itu, Hidayat mengatakan bahwa merupakan bagian kalimat yang menunjukkan opini seseorang.

CARACEPAT
kalimat fakta(data : 42 sekolah)Kalimat pertama
kalimat fakta (data : pinjaman Bank Jabar)Kalimat kedua
kalimat fakta (data : 10 sekolah )Kalimat ketiga
kalimat opini (Hidayatmengatakan bahwa .....) Pendapat Hidayat .Kalimat pendapat
Jawaban : D


Standar Kompetensi Lulusan : MEMBACA
Membaca dan memahami berbagai ragam wacana tulis (artikel, berita, opini/tajuk, tabel, bagan grafik, peta, denah). Berbagai karya sastra berbentuk puisi, cerpen, novel, dan drama.
Ruang lingkup materi : Simpulan penggalan tajuk.

Indikator : Disajikan penggalan tajuk.Siswa dapat menyimpulkannya.
Kata kunci : Simpulan biasanya ditandai sesuatu yang bersifat umum (mencangkup keseluruhan )

Konsep dasar : Simpulan merupakan pernyataan berisi fakta,pendapat,alasan pendukung mengenai tanggapan terhadap suatu obyek. Dapat dikatakan bahwa simpulan merupakan pendapat akhir dari suatu uraian berupa informasi.

CONTOH SOAL

3. Kehebatan gunung Merapi ditunjukkan bertahun-tahn berikutnya. Misal tahun 1672, letusan Merapi menelan sekitar 300 jiwaorang, tahun 1822 menelan 100 jiwa, tahun 1832 menelan 32 jiwa, tahun 1872 letusan Merapi menelan 200 jiwa. Pengamatan permanen dilakukan setelah terjadi letusan tahun 1930. Pada tahun itu letusan Merapi menelan korban 1.369 orang yang menghancurkan tanah pertanian seluas 20 km dari 26 desa.
Kesimpulan wacana di atas ....
A. Letusan Gunung Merapi yang paling banyak menelan korban dan menghancurkan tanah pertanian terjadi setelah letusan tahun 1930.
B. Letusan Gunung Merapi yang paling sedikit menelan korban yaitu tahun 1872 dan menghancurkan tanah pertanian
C. Pada umumnya, letusan Gunung Merapi menelan korban jiwa yang tidak sedikit setiap terjadi.
D. Letusan Gunung Merapi yang paling banyak yang paling banyak menelan korban yaitu tahun 1672 dan banyak menghancurkan tanh pertanian.

PEMBAHASAN

Sesuai dengan kata kunci di atas, simpulan biasanya ditandai sesuatu yang bersifat umum (mencakup kesuluruhan). Maka, kata pada umumnya pada opsi (c) merupakan. Sebuah simpulan yang merupakan pendapat akhir dari suatu uraian berupa informasi.
Jawaban : C

Minggu, 04 Oktober 2009

SEKILAS tentang SEJARAH BAHASA INDONESIA

Bahasa Melayu Kuna itu tidak hanya dipakai pada zaman Sriwijaya karena Di Jawa Tengah (Gandasuli) juga ditemukan prasasti
berangka tahun 832 M dan di Bogor ditemukan prasasti berangka tahun 942 M yang juga menggunakan bahasa Melayu Kuna. Pada zaman Sriwijaya, bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa kebudayaan, yaitu bahasa buku pelajaran agama Budha. Bahasa Melayu juga dipakai sebagai bahasa perhubungan antarsuku di Nusantara dan sebagai bahasa perdagangan, baik sebagai bahasa antarsuku di Nusantara maupun sebagai bahasa yang digunakan terhadap para pedagang yang datang dari luar Nusantara.Bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang dari bahasa Melayu yang sejak zaman dulu sudah dipergunakan sebagai bahasa perhubungan (lingua franca) bukan hanya di Kepulauan Nusantara, melainkan juga hampir di seluruh Asia Tenggara. pada saat itu, para pemuda dari berbagai pelosok Nusantara berkumpul dalam Kerapatan Pemuda dan berikrar (1) bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia, (2) berbangsa yang satu, bangsa Indonesia, dan (3) menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Ikrar para pemuda ini dikenal dengan nama Sumpah Pemuda.
Bahasa Melayu mudah diterima oleh masyarakat Nusantara sebagai bahasa perhubungan antarpulau, antarsuku, antarpedagang, antarbangsa, dan antarkerajaan karena bahasa Melayu tidak mengenal tingkat tutur. Bahasa Melayu dipakai di mana-mana di wilayah Nusantara serta makin berkembang dan bertambah kukuh keberadaannya. Bahasa Melayu yang dipakai di daerah di wilayah Nusantara dalam pertumbuhannya dipengaruhi oleh corak budaya daerah. Bahasa Melayu menyerap kosakata dari berbagai bahasa, terutama dari bahasa Sanskerta, bahasa Persia, bahasa Arab, dan bahasa-bahasa Eropa.
Para pemuda Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia, yang menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia (Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928). Kebangkitan nasional telah mendorong perkembangan bahasa Indonesia dengan pesat. Peranan kegiatan politik, perdagangan, persuratkabaran, dan majalah sangat besar dalam memodernkan bahasa Indonesia. Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945, telah mengukuhkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia secara konstitusional sebagai bahasa negara. Kini bahasa Indonesia dipakai oleh berbagai lapisan masyarakat Indonesia, baik di tingkat pusat maupun daerah.

Rabu, 09 September 2009

Menjadi Siswa yang Berprestasi

Menjadi siswa yang berprestasi itu mudah, asalkan kita tahu caranya plus tentunya perlu usaha untuk mencapainya. Ada beberapa faktor yang membangun kesuksesan. Yang tentunya kita semua dapat menerapkan dan memiliki faktor kesuksesan ini untuk sukses dalam meraih segala prestasi.
Percaya diri (yakin dengan kemampuan diri sendiri)
Memiliki percaya diri. Percaya diri merupakan fondasi dalam meraih kesuksesan. Percaya diri adalah rasa yakin dan percaya bahwa kita dapat melakukan atau meraih suatu hal. Perasaan yakin ya Jika kamu tidak yakin pada diri kamu, siapa lagi yang akan meyakinkan diri kamu. Jadi, yang paling pertama kamu harus yakin.
Buatlah target di atas kemampuan kamu
Biasakanlah membuat target di atas kemampuanmu. Misalnya, pada saat mau ujian Matematika. Setiap dari siswa pasti memiliki target yang berbeda, mungkin ada yang 100, 90, 80 dan lain sebagainya. Yang jelas, semuanya mau nilai bagus. Dalam membuat target, akan lebih baik membuat target di atas kemampuan diri kamu. Buatlah target di atas kemampuan diri kita. Contohnya semester ini, kamu yakin bisa masuk 10 besar ranking kelas. Buatlah target kamu diatas itu. Lima besar misalnya, atau 3 besar. Jika, kamu belum berhasil mencapai 3 besar, paling tidak ranking 10 besar atau tidak beda jauh dari itu. Dalam hal apapun itu buatlah target di atas prediksi kemampuan kamu.
Mengetahui tujuan kamu
Dalam meraih prestasi kita pasti memiliki alasan dibalik itu. Tapi apakah kita sudah tahu tujuan kita yang sebenarnya dalam meraih prestasi itu? Bermula dari tujuan, kita tahu arah jalan kita. Membuat tujuan yang jelas adalah salah satu kunci membangkitkan motivasi. Dalam aspek apapun, kita perlu memiliki tujuan. Nah, untuk yang belum tahu tujuannya, cari tahu tujuan kamu sekarang juga.
Berusaha dan Disiplin
Sekarang kita sudah yakin dengan diri kita, sudah membuat target, sudah mempunyai tujuan. Tetapi tidak pernah belajar di rumah, tidak mengerjakan tugas, apakah bisa mencapai prestasi itu? Ya tidak mungkin. Disinilah, kita perlu persiapan (berlatih dan disiplin).
Berlatih itu sama seperti mengikuti ujian yang berkali-kali. Saya yakin semakin sering kamu mengerjakan soal, maka semakin mudah kamu menjawab soal-soal itu. Dalam bermain basket misalnya, perlu latihan intensif dan disiplin agar dapat menjadi juara. Cerita tentang Michael Jordan, pada saat latihan dia selalu datang lebih awal dan pulang lebih lambat dan melakukan tembakan sebanyak 300 bola pada sesi akhir . Begitu disiplin dan besar usaha yang dilakukannya, tentu saja dia pantas meraih prestasinya sekarang.
Untuk mencapai kesuksesan, akan terasa semakin mudah, jika kita bisa menikmati prosesnya. Lakukanlah sesuai dengan tujuan anda. Lakukan yang terbaik untuk diri anda, hasil akhir bukanlah segalanya. Pengalaman yang kita dapatlah yang merupakan hasil yang paling penting. Saya yakin, teman-teman semua bisa mencapai prestasi kalian. Kalau saya saja yakin sama kamu, kenapa kamu tidak yakin sama diri sendiri? Saya Juni Anton, Sukses Selalu.

PERAN GURU DALAM MEMBANGKITKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA


Pembelajaran efektif, bukan membuat Anda pusing, akan tetapi bagaimana tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan mudah dan menyenangkan.


Motivasi berpangkal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Adapun menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya "feeling" dan di dahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan oleh Mc. Donald ini mengandung tiga elemen/ciri pokok dalam motivasi itu, yakni motivasi itu mengawalinya terjadinya perubahan energi, ditandai dengan adanya feeling, dan dirangsang karena adanya tujuan.

Namun pada intinya bahwa motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.

Motivasi ada dua, yaitu motivasi Intrinsik dan motivasi ektrinsik.
• Motivasi Intrinsik. Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri.
• Motivasi Ekstrinsik. Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar.

Bagi siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan, bukanlah masalah bagi guru. Karena di dalam diri siswa tersebut ada motivasi, yaitu motivasi intrinsik. Siswa yang demikian biasanya dengan kesadaran sendiri memperhatikan penjelasan guru. Rasa ingin tahunya lebih banyak terhadap materi pelajaran yang diberikan. Berbagai gangguan yang ada disekitarnya, kurang dapat mempengaruhinya agar memecahkan perhatiannya.

Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka motivasi ekstrinsik yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Di sini tugas guru adalah membangkitkan motivasi peserta didik sehingga ia mau melakukan belajar.
Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, sebagai berikut:

1. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik.
Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus yang akan dicapainya kepada siwa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar.

2. Hadiah
Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.

3. Saingan/kompetisi
Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.

4. Pujian
Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun.

5. Hukuman
Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.

6. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar
Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik.

7. Membentuk kebiasaan belajar yang baik
8. Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok
9. Menggunakan metode yang bervariasi, dan
10. Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran

Senin, 07 September 2009

PENDIDIKAN MAHAL UNTUK RAKYAT MISKIN

Realitas sosial secara global menunjukkan bahwa dunia pendidikan di Indonesia adalah yang tertinggal bahkan dari negara-negara tetangga di rantau ASEAN sekalipun.

Karena kenyataannya sampai saat ini pemerintah belum sanggup memenuhi anggaran pendidikan 20 persen di luar gaji guru dan pendidikan kedinasan. Akibatnya, realitas dunia pendidikan kita pun belum mampu bersaing dalam tataran globalisasi.
Dunia pendidikan kita masih belum bisa menjawab tantangan kemajuan zaman. Kondisi pendidikan Indonesia juga sudah jauh tertinggal dari negara-negara tetangga sesama ASEAN. Berdasarkan laporan UNDP, indeks pembangunan manusia (IPM) tahun 2007 menempatkan Indonesia berada pada urutan ke-108 dari 177 negara.

Penilaian yang dilakukan oleh lembaga kependudukan dunia (UNDP) ini menempatkan Indonesia pada posisi yang jauh lebih rendah dari Malaysia, Filipina, Vietnam, Kamboja, bahkan Laos. Kondisi tersebut justru berbanding terbalik dengan jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar.

Sampai saat ini dunia pendidikan kita juga masih dihadapkan pada tantangan besar untuk mencerdaskan anak bangsa, terutama adalah meningkatkan akses, pemerataan, dan kualitas pelayanan pendidikan, terutama pada jenjang pendidikan dasar. Meskipun hampir seluruh anak usia 7-12 tahun sudah bersekolah, masih terdapat sebagian anak yang tidak bersekolah, terutama karena alasan ekonomi atau tinggal di daerah terpencil yang belum terjangkau oleh layanan pendidikan.
Demikian pula dengan anak usia 13-15 tahun yang seharusnya dapat mengenyam pendidikan paling tidak sampai dengan pendidikan dasar, sebagian tidak dapat bersekolah. Pada saat yang sama kesenjangan partisipasi pendidikan juga masih terjadi, terutama antara penduduk miskin dan penduduk kaya.

Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun hanya bagus di kertas tapi bermasalah dalam implementasi. Meskipun pemerintah telah menyediakan bantuan operasional sekolah (BOS) untuk jenjang pendidikan dasar, namun masih ditemukan adanya beberapa sekolah yang masih menarik berbagai iuran sehingga memberatkan orang tua, terutama bagi keluarga miskin.

Kesenjangan partisipasi pendidikan tersebut terlihat makin mencolok pada jenjang pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Tertinggalnya pembangunan pendidikan di Indonesia akan membawa dampak buruk bagi masa depan anak-anak Indonesia sehingga angka pengangguran dan kemiskinan semakin bertambah.

Rendahnya perhatian negara terhadap sektor pendidikan sebagai sektor yang harus diperhatikan secara serius berdampak pada kebobrokan dunia pendidikan dengan maraknya praktik komersialisasi dan kapitalisasi dunia pendidikan.
Pendidikan menjadi barang mahal sehingga anak-anak bangsa yang miskin dan tidak mampu akan terlempar dari dunia pendidikan. Pendidikan hanya mampu dinikmati oleh orang-orang kaya yang berpunya.

Orang yang punya uang, mereka bebas menikmati kualitas pendidikan yang baik. Jika miskin maka harus pasrah dengan kualitas pendidikan yang seadanya, tidak bermutu dan menyedihkan.Padahal, pendidikan berkualitas dan bermutu mestinya harus sudah bisa dinikmati oleh seluruh anak bangsa negeri ini. Pendidikan berkualitas merupakan aset negeri untuk mencetak SDM unggul di masa depan.

Pendidikan berkualitas memang membutuhkan anggaran besar. Namun, bukan berarti hal itu dibebankan kepada masyarakat. Kewajiban pemerintahlah yang seharusnya menjamin pendidikan setiap rakyatnya, baik kaya ataupun miskin dengan akses yang mudah untuk pendidikan yang bermutu.

Pendidikan akhirnya terjebak dalam telikungan kapitalisme, bukan lagi kepentingan kemanusiaan sebagaimana misi sejatinya. Kapitalisasi pendidikan jelas sangat merugikan rakyat kecil yang selama ini tidak mendapat hak pendidikan dari negara secara adil dan merata. Pendekatan paradigma kapitalisasi pendidikan senantiasa mengejar keuntungan individu dengan mengorbankan hak-hak kolektif bahkan masyarakat secara luas.
Padahal…Seperti kata Lenin : 'Berhemat-hematlah berekonomi dalam hal apa pun, kecuali untuk keperluan pendidikan.'

Jumat, 04 September 2009

Dampak dan Pengaruh Game

Siapa yang tidak suka game? Mungkin sebagaian besar dari kita pastinya akan menyukai game untuk mengurangi stres atau untuk mengisi waktu luang. Semakin meningkatnya gamer (pemain game) membuat para produsen game berlomba-lomba untuk membuat berbagai macam perangkat untuk memuaskan para gamer ini.
Dahulu game hanya bisa dimainkan di depan layar kaca atau televisi, sekarang game sudah bisa dimainkan dimana saja karena sudah ada handheld device seperti PSP, Nintendo DS dan lainnya. Tidak kalah untuk game konsol yang sudah kita ketahui yaitu Playstation atau XBOX, mereka juga berlomba-lomba untuk memperbaharui sistemnya dengan mengeluarkan Nextgen Console yaitu Playstation 3 dan XBOX 360, dan Nintendo juga bergabung dengan pasar ini dengan mengeluarkan Nintendo Wii.
Sebenarnya game tidak melulu jelek seperti yang dipikirkan banyak orang. Kita bisa banyak bergaul dengan orang lain di dalam game, bisa mendapatkan banyak teman, bahkan mungkin saja relasi bisnis, jika memang kamu terjun langsung ke industri game itu sendiri. Dimulai tahun 2000an pasar Indonesia mulai “diserang” yang namanya Online Game.
Game Online adalah game yang membutuhkan koneksi Internet untuk bisa dimainkan. Pemain akan terhubung ke dunia virtual dimana dia bisa menjadi apa saja yang diinginkan dan bisa bertemu siapa saja pemain dari seluruh tanah air atau bahkan seluruh dunia.

Seru bermain game
Nah, seiring dengan bertumbuhnya industri Online Game ini, juga membuka banyak lapangan pekerjaan dibidang game. Bagi gamer tentu saja ini merupakan peluang mereka dalam bekerja sambil menyalurkan hobinya bermain game. Hal ini juga merupakan salah satu dampak positif dari perkembangan dunia game yang semakin pesat belakangan ini.
Namun harap diingat juga mengenai dampak dan pengaruh negatif dari game. Hal yang paling sering terjadi adalah menurunnya tingkat sosialisasi di dalam dunia nyata karena terlalu sering bergaul di dunia maya. Sehingga membuat orang menjadi sedikit introvert. Selain itu gaya bahasanya juga akan berubah mengikuti apa yang ada di dalam game itu seperti contohnya: swt, gg, sob, lol dan masih banyak lagi. Yang lebih berbahayanya lagi jika sudah mencapai tingkat akut, kamu akan malas untuk melakukan apapun selain main game, menghabiskan waktu berjam-jam di depan komputer tanpa memperdulikan lingkungan sekitar, bahkan sampai rela bergadang untuk memuaskan nafsu bermain gamenya.
Bagaimana Twentea’ers? Apakah kamu termasuk gamer yang hanya memperlakukan game untuk fun, mengisi waktu luang, menghilangkan stres? Atau termasuk gamer yang sudah lupa waktu? Saran kami cobalah untuk bergaul dengan teman-teman, jalan-jalan ke mall atau cafe untuk mencari hiburan. Masih banyak lagi kegiatan yang bisa dilakukan tanpa adanya Internet dan game. INGAT! Sesuatu yang berlebihan itu tidak baik untuk dirimu.

Selasa, 18 Agustus 2009

KBM yang Efektif



Salah satu permasalahan mendasar yang dihadapi pendidikan di Indonesia saat ini adalah berkenaan dengan penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar yang dipandang masih belum efektif. Indikasi ke arah sana tampak dengan adanya guru yang masih banyak terjebak dalam praktek kegiatan belajar mengajar yang cenderung membosankan bahkan membuat siswa menjadi tertekan.
Dalam berinteraksi dengan siswa, posisi guru terasa masih sangat dominan, sementara siswa cenderung berada dalam posisi yang tidak berdaya.Pendekatan dan metode yang digunakan tampak kurang bervariasi, biasanya hanya mengandalkan dalam bentuk ceramah yang membuat siswa menjadi malah terkantuk-kantuk.
Konsep kegiatan belajar mengajar seperti itu tampaknya tidak relevan lagi dengan tuntutan dan tantangan pendidikan saat ini. Oleh karena itu Depdiknas menawarkan konsep Kegiatan Belajar Mengajar yang dipandang efektif.

PENDIDIKAN INDONESIA

Membicarakan hal yang satu ini mungkin tidak akan habis-habisnya. Ya, dengan keadaan yang ada sekarang ini, ditandai dengan demo di sejumlah tempat yang pada dasarnya menuntut pendidikan murah. Tapi saya tidak ingin menulis tentang demo tersebut. Saya hanya ingin menceritakan beberapa keluhan handai taulan (bahkan sampai berdebat kusir hehehe) tentang pendidikan ini.

Salah satu teman saya, agak berang, bilang “Masak sudah sudah ada BOS, kita masih harus bayar Rp. 15.000 per bulan? Di SD lainnya kok enggak bayar lagi.”. Kebetulan memang anaknya berada di SD Negeri 2, dimana ada 3 SDN dalam satu lingkungan sekolah.

Saya coba jadi counter-nya, “Mungkin di SDnya banyak ekstra kurikuler. Sudah cek atau belum? Ada komputer atau enggak?”.

Dia langsung menyanggah, “Ah enggak ada kayak gituan. sama aja!”

Akhirnya lama berdebat, bahkan ditambah satu orang lagi. Cuma jadi kemana-mana buntutnya. Menuduh KepSek korupsi, Guru korupsi, Masya Allah. Setelah lama berdebat, disimpulkan bahwa sebagian dana anggaran orang tua tadi digunakan untuk perbaikan WC, prasarana gedung, tiang bendera, biaya mencat pagar dan lain-lain.

Akhirnya, saya merasa menyadari ada ketidak-adilan disini. Kalau sudah tidak adil, pasti melanggar Pancasila, “Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia”. Kita bisa bandingkan SD Negeri di tengah kota dengan SD Negeri di kampung. Terasa sekali ketimpangan sosial antara kedua SD tersebut. Berita hari ini, ada satu SDN yang roboh.

Menurut ‘mata-adil’ saya, seharusnyalah setiap Sekolah Negeri di negeri ini mempunyai prasarana yang sama, baik dipedalaman Papua sana, atau yang berada di pusat kota Jakarta. Tidak boleh dibedakan. Karena ini Sekolah Negeri (atau Sekolah miliknya negara), maka tidak boleh juga menerima sumbangan dari pihak lain. Mutlak harus dibiayai negara.

Perbedaan Uang Pangkal juga menjadi pertanyaan. Kok, sama sama sekolah negeri uang pangkal berbeda? Tiap sekolah pasti punya jawaban (atau alasan) mengapa mereka menarik uang pangkal sedemikian besar. Uang sejenis inipun harus ditiadakan untuk sekolah Negeri. Alasannya sama dengan di atas, tidak boleh ada perbedaan antar sekolah negeri.

Tentu lain halnya dengan sekolah swasta, yang sah-sah saja menerima sumbangan dari pihak manapun.
Saya tidak tahu keadaan makro dari Anggaran Belanja Negara untuk pendidikan yang konon terlalu kecil. Saya juga tidak mengetahui kondisi dana subsidi Minyak (yang jadi BOS).

“Kaca mata” saya mungkin perlu diperbaiki, untuk menentukan apakah cukup adil kondisi di atas. Apakah benar pendapat saya, bahwa setiap Sekolah Negeri harus memiliki prasarana yang sama? Saya sendiri masih belum yakin. :)

Apalagi setelah baca blognya Harry Sekolah Swadaya – diskusi dengan penyelenggara sekolah gratis. Kok saya jadi merasa bahwa Negara tidak mampu memberikan pendidikan kepada warganya, seperti yang tercantum dalam UUD 45.Membicarakan hal yang satu ini mungkin tidak akan habis-habisnya. Ya, dengan keadaan yang ada sekarang ini, ditandai dengan demo di sejumlah tempat yang pada dasarnya menuntut pendidikan murah. Tapi saya tidak ingin menulis tentang demo tersebut. Saya hanya ingin menceritakan beberapa keluhan handai taulan (bahkan sampai berdebat kusir hehehe) tentang pendidikan ini.

Salah satu teman saya, agak berang, bilang “Masak sudah sudah ada BOS, kita masih harus bayar Rp. 15.000 per bulan? Di SD lainnya kok enggak bayar lagi.”. Kebetulan memang anaknya berada di SD Negeri 2, dimana ada 3 SDN dalam satu lingkungan sekolah.

Saya coba jadi counter-nya, “Mungkin di SDnya banyak ekstra kurikuler. Sudah cek atau belum? Ada komputer atau enggak?”.

Dia langsung menyanggah, “Ah enggak ada kayak gituan. sama aja!”

Akhirnya lama berdebat, bahkan ditambah satu orang lagi. Cuma jadi kemana-mana buntutnya. Menuduh KepSek korupsi, Guru korupsi, Masya Allah. Setelah lama berdebat, disimpulkan bahwa sebagian dana anggaran orang tua tadi digunakan untuk perbaikan WC, prasarana gedung, tiang bendera, biaya mencat pagar dan lain-lain.

Akhirnya, saya merasa menyadari ada ketidak-adilan disini. Kalau sudah tidak adil, pasti melanggar Pancasila, “Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia”. Kita bisa bandingkan SD Negeri di tengah kota dengan SD Negeri di kampung. Terasa sekali ketimpangan sosial antara kedua SD tersebut. Berita hari ini, ada satu SDN yang roboh.

Menurut ‘mata-adil’ saya, seharusnyalah setiap Sekolah Negeri di negeri ini mempunyai prasarana yang sama, baik dipedalaman Papua sana, atau yang berada di pusat kota Jakarta. Tidak boleh dibedakan. Karena ini Sekolah Negeri (atau Sekolah miliknya negara), maka tidak boleh juga menerima sumbangan dari pihak lain. Mutlak harus dibiayai negara.

Perbedaan Uang Pangkal juga menjadi pertanyaan. Kok, sama sama sekolah negeri uang pangkal berbeda? Tiap sekolah pasti punya jawaban (atau alasan) mengapa mereka menarik uang pangkal sedemikian besar. Uang sejenis inipun harus ditiadakan untuk sekolah Negeri. Alasannya sama dengan di atas, tidak boleh ada perbedaan antar sekolah negeri.

Tentu lain halnya dengan sekolah swasta, yang sah-sah saja menerima sumbangan dari pihak manapun.
Saya tidak tahu keadaan makro dari Anggaran Belanja Negara untuk pendidikan yang konon terlalu kecil. Saya juga tidak mengetahui kondisi dana subsidi Minyak (yang jadi BOS).

“Kaca mata” saya mungkin perlu diperbaiki, untuk menentukan apakah cukup adil kondisi di atas. Apakah benar pendapat saya, bahwa setiap Sekolah Negeri harus memiliki prasarana yang sama? Saya sendiri masih belum yakin. :)

Apalagi setelah baca blognya Harry Sekolah Swadaya – diskusi dengan penyelenggara sekolah gratis. Kok saya jadi merasa bahwa Negara tidak mampu memberikan pendidikan kepada warganya, seperti yang tercantum dalam UUD 45.

Selasa, 04 Agustus 2009

Teknik Wawancara

Wawancara
Wawancara sangat penting dalam dunia jurnalistik. Wawancara merupakan proses pencarian data berupa pendapat/pandangan/pengamatan seseorang yang akan digunakan sebagai salah satu bahan penulisan karya jurnalistik.

Wawancara vs reportase
Apakah wawancara sama dengan reportase? Jawabnya adalah tidak.
Reportase memiliki ruang lingkup yang jauh lebih luas dari wawancara, sedangkan wawancara adalah salah satu teknik reportase.

Jenis Wawancara
1. Man in the street interview. Untuk mengetahui pendapat umum masyarakat terhadap isu/persoalan yang akan diangkat jadi bahan berita.
2. Casual interview. Wawancara mendadak. Jenis wawancara yang dilakukan tanpa persiapan/perencanaan sebelumnya.
3. Personality interview. Wawancara terhadap figure-figur public terkenal. Atau orang yang memiliki kebiasaan/prestasi/sifat unik, yang menarik untuk diangkat sebagai bahan berita.
4. News interview. Wawancara untuk memperoleh informasi dari sumber yang mempunyai kredibilitas atau reputasi di bidangnya.

Wawancara yang Baik

Agar tugas wawancara kita dapat berhasil, maka hendaknya diperhatikan hal-hal - antara lain - sebagai berikut:
1. Lakukanlah persiapan sebelum melakukan wawancara. Persiapan tersebut menyangkut outline wawancara, penguasaan materi wawancara, pengenalan mengenai sifat/karakter/kebiasaan orang yang hendak kita wawancarai, dan sebagainya.
2. Taatilah peraturan dan norma-norma yang berlaku di tempat pelaksanaan wawancara tersebut. Sopan santun, jenis pakaian yang dikenakan, pengenalan terhadap norma/etika setempat, adalah hal-hal yang juga perlu diperhatikan agar kita dapat beradaptasi dengan lingkungan tempat pelaksanaan wawancara.
3. Jangan mendebat nara sumber. Tugas seorang pewawancara adalah mencari informasi sebanyak-banyaknya dari nara sumber, bukan berdiskusi. Jika Anda tidak setuju dengan pendapatnya, biarkan saja. Jangan didebat. Kalaupun harus didebat, sampaikan dengan nada bertanya, alias jangan terkesan membantah.
Contoh yang baik: "Tetapi apakah hal seperti itu tidak berbahaya bagi pertumbuhan iklim demokrasi itu sendiri, Pak?"
Contoh yang lebih baik lagi: "Tetapi menurut Tuan X, hal seperti itu kan berbahaya bagi pertumbuhan iklim demokrasi itu sendiri. Bagaimana pendapat Bapak?"
Contoh yang tidak baik: "Tetapi hal itu kan dapat berbahaya bagi pertumbuhan iklim demokrasi itu sendiri, Pak."
4. Hindarilah menanyakan sesuatu yang bersifat umum, dan biasakanlah menanyakan hal-hal yang khusus. Hal ini akan sangat membantu untuk memfokuskan jawaban nara sumber.
5. Ungkapkanlah pertanyaan dengan kalimat yang sesingkat mungkin dan to the point. Selain untuk menghemat waktu, hal ini juga bertujuan agar nara sumber tidak kebingungan mencerna ucapan si pewawancara.
6. Hindari pengajuan dua pertanyaan dalam satu kali bertanya. Hal ini dapat merugikan kita sendiri, karena nara sumber biasanya cenderung untuk menjawab hanya pertanyaan terakhir yang didengarnya.
7. Pewawancara hendaknya pintar menyesuaikan diri terhadap berbagai karakter nara sumber. Untuk nara sumber yang pendiam, pewawancara hendaknya dapat melontarkan ungkapan-ungkapan pemancing yang membuat si nara sumber "buka mulut". Sedangkan untuk nara sumber yang doyan ngomong, pewawancara hendaknya bisa mengarahkan pembicaraan agar nara sumber hanya bicara mengenai hal-hal yang berhubungan dengan materi wawancara.
8. Pewawancara juga hendaknya bisa menjalin hubungan personal dengan nara sumber, dengan cara memanfaatkan waktu luang yang tersedia sebelum dan sesudah wawancara. Kedua belah pihak dapat ngobrol mengenai hal-hal yang bersifat pribadi, atau hal- hal lain yang berguna untuk mengakrabkan diri. Ini akan sangat membantu proses wawancara itu sendiri, dan juga untuk hubungan baik dengan nara sumber di waktu-waktu yang akan datang.
9. Jika kita mewawancarai seorang tokoh yang memiliki lawan ataupun musuh tertentu, bersikaplah seolah-olah kita memihaknya, walaupun sebenarnya tidak demikian. Seperti kata pepatah, "Jangan bicara tentang kucing di depan seorang pecinta anjing".
10. Bagi seorang reporter pers yang belum ternama, seperti pers kampus dan sebagainya, kendala terbesar dalam proses wawancara biasanya bukan wawancaranya itu sendiri, melainkan proses untuk menemui nara sumber. Agar kita dapat menemui nara sumber tertentu dengan sukses, diperlukan perjuangan dan kiat-kiat yang kreatif dan tanpa menyerah. Salah satu caranya adalah rajin bertanya kepada orang-orang yang dekat dengan nara sumber. Koreklah informasi sebanyak mungkin mengenai nara sumber tersebut, misalnya nomor teleponnya, alamat villanya, jam berapa saja dia ada di rumah dan di kantor, di mana dia bermain golf, dan sebagainya.

Media Cetak VS Media Elektronik
Bagaimana cara memperoleh/mengumpulkan berita? Caranya adalah melalui reportase, yang bertujuan untuk mengumpulkan sebanyak mungkin data yang berhubungan dengan karya jurnalistik yang akan dibuat. Pihak yang menjadi objek reportase disebut nara sumber. Nara sumber ini bisa berupa manusia, makhluk hidup selain manusia, alam, ataupun benda-benda mati. Jika nara sumbernya berupa manusia, maka reportase tersebut bernama wawancara.

Dengan demikian, ada sedikit perbedaan antara reportase dengan wawancara. Wawancara merupakan bagian dari reportase, dan reportase tidak hanya dapat dilakukan terhadap manusia.

Namun perlu diingat bahwa wawancara untuk media cetak berbeda dengan wawancara untuk media elektronik. Wawancara untuk media elektronik biasanya dikemas semenarik mungkin. Sebelum wawancara berlangsung, seringkali dilakukan briefing antara pewawancara dan nara sumber, yang bertujuan untuk menjaga kelancaran wawancara. Hal ini dilakukan karena wawancara untuk media elektronik merupa kan "produk" tersendiri yang "dijual" kepada pemirsa/pendengar.

Sedangkan dalam media cetak, yang terpenting bagi pembaca adalah tulisan yang dibuat berdasarkan hasil reportase, sehingga proses wawancara tidaklah penting bagi mereka. Karena itu, wawancara untuk media cetak dapat berlangsung tanpa kemasan yang menarik ataupun briefing antara wartawan dengan nara sumber. Satu-satunya persiapan yang perlu dilakukan adalah persiapan wartawan itu sendiri, yang mencakup bahan wawancara dan pengetahuan umum mengenai materi wawancara. Sedangkan proses wawancaranya dapat berlangsung dalam berbagai situasi dan tempat. Bisa di kantor, di restoran sambil makan siang, lewat telepon, sambil berjalan menuju halaman parkir, sambil ngobrol, dan sebagainya. Nah, selamat mewawancara..

Rabu, 29 April 2009

PENYAIR YANG BERMAIN-MAIN DENGAN KATA

Seorang penyair memiliki kebebasan dengan sebebas-bebasnya untuk bermain dengan kata-kata. Mereka bisa membuat puisi dengan cara ‘mengacak-acak’ kata hingga keluar dari struktur bahasa konvensional. Hal ini bisa saja dilakukan, karena menurut Paul Valery, puisi adalah sebuah dunia yang benda-benda dan makhluk di dalamnya atau lebih tepat imajinya punya kebebasan dan hubungan yang berbeda dari dunia praktis. Atau dalam bahasa penyair Sihar ramses Simatupang, bermain dengan kata-kata dengan dalim licencia poetica adalah sebuah cara mencurahkan kosmo dari seorang penyair. Seorang sastrawan jelas berbeda dengan seorang linguis.
Ahmad Supena, penyair yang kini mengajar di Unma (Universitas Matlaul Anwar) Pandeglang juga melakukan hal serupa. Ia menikmati licencia poetica, untuk bermain kata-kata. Kata penunjuk tempat, seperti Banten yang menurut bahasa Indonesia yang baik dan benar ditulis dengan huruf awal besar, oleh Supena dipermainkan dengan huruf awal kecil. Bahkan dalam beberapa puisinya, penyair yang kerap menggunakan nama pena Ahmad Rumi ini menulis seluruh kata dalam puisinya dengan huruf kecil.
Kenakalan-kenakalan yang dilakukan para penyair yang mengikuti proyek “Puisi 3/3’ ini, memang bukan yang pertama kalinya dilakukan seorang penyair. Hampir seluruh penyair akan melakoni permainan kata-kata ini, dalam menghasilkan karya puisinya. Coba saja lihat gramatika dan struktur bahasa pada karya Chairil Anwar berjudul ‘Doa’ berikut ini:
DOA
kepada pemeluk teguh
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namamu
Biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh
cayaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
aku hilang bentuk
remuk
Tuhanku
aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling
13 November 1943
***
Pada puisi di atas terlihat, tidak semua kata yang digunakannya sesuai dengan gramatika atau struktur bahasa. Kata ‘cayaMu’ tentu tidak dikenal dalam bahasa Indonesia. Jika menggunakan bahasa konvensional, kata itu semestinya ditulis ‘cahayaMu’.
Menurut Iwan Gunadi, mengungkapkan, bermain-main dengan kata memang sah dilakukan oleh para penyair. Tapi ia menegaskan, perombakan terhadap struktur bahasa yang baku itu semestinya menghasilkan sistem yang baru. “Namun sayangnya, saya tidak menemukan sistem yang baru itu dari puisi-puisi ketiga penyair,” terang Iwan.
Kendati demikian, ia menyadari bahwa penyair aan terus berproses untuk menemukan sistem yang baru itu dalam permainan kata-katanya. Dan hal itu bisa ditemukan, jika penyair setia dalam menghasilkan karya-karyanya.

Senin, 20 April 2009

Tentang Puisi dan Kedongkolan

Puisi tak selalu harus indah tapi setidaknya memiliki makna karena puisi adalah bahasa jiwa sang penulis atas sebuah realitas yang ada,puisi juga bisa tercipta secara temporal karena sebuah kekuatan imajiner.Puisi bisa menceritakan hal apa saja, selama itu memungkinkan,selama itu bisa mengekspresikan wajah kekesalan,….maaf..sahabat Blogger,..ini hanya sebuah apresiasi kekesalan saja,Kemarin saya membuat sebuah puisi sederhana tentang seorang bangsawan yang berjiwa bangsa(t)wan.puisi yang sangat mengasikkan menurut batin saya,karena benar-benar “menelanjangi”aura kelam seseorang yang katanya bangsawan,..Dimata saya puisi itu sederhana saja,..sekedar ingin meluapkan kesal yang menggelora,panas….Puisi itu lahir dari pergulatan dengan figur bangsawan yang rada-rada kampungan,ortodoks habis…Mau dipanggil inilah,itulah..membanggakan silsilah inilah,silsilah itulah,yang kesemuanya juga masih dipertanyakan keasalannya.mudah2an bisa terlampiaskan di blog ini,beberapa hari menyelami karakter bangsa(t)wan benar-benar membuat saya dongkol habis,..

Thanks yah sudah mau mampir..

Sedikit Tentang Puisi

Puisi adalah karya tulis hasil perenungan seorang penyair atas suatu keadaan atau peristiwa yang diamati,dihayati,atau dialaminya.
Cetusan ide yang berasal dari peristiwa atau keadaan itu dikemas oleh seorang penyair kedalam bahasa yang padat dan indah.Pembaca atau penikmatnya lalu merasakannya sebagai sebuah karya tulis yang mengandung keindahan dan pesan".Puisi dapat dinikmati melalui membaca atau mendengarkannya.Dalam bagianini kalian berlatih mendengarkan pembaca puisi,kemudian mengungkapkan tema dan pesan yang dikandungnya.
Kalian diharapkan dapat:
  1. Menemukan daya tarik sebuah puisi
  2. Menemukan pesan yang terkandung dalam puisi
  3. Membuat ilustrasi(gambar)yang relevan dengan jiwa puisi

  • Menemukan daya tarik sebuah puisi

Puisi akan menarik apabila sebuah puisi tersebut ditulis berdasarkan konsep atau peristiwa yang dialami oleh penulis atau orang yang ada disekitar penulis(dimasyarakat).Sebuah puisi akan tertulis berdasarkan pengalaman yang tak terlupakan dalam hidupnya.

Contoh:

Aku Ingin

Sapardi Djoko Damono

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

Dengan kata yang tak sempat kuucapkan

Kayu dengan api yang menjadikannya aku

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan

Awan kepada hujan yang menjadikannya tiada

temukan sendiri ya?!

puisi darikoe...!!!

Tentang Cinta

Kenapa kita menutup mata

ketika kita tidur??

ketika kita menangis??

ketika kita membayangkan suatu hal??

Itu karena hal yangterindah didunia ini tidak terlihat

Kita semua agak aneh dan hidup sendiri juga agak aneh

Dan ketika dia menemukan seseorang yang keunikannya sejalan dengan kita

Kita bergabung dengannya dan jatuh kedalam suatu keanehan yang dinamakan "C!NT@"...

Cinta yang tulus...

Adalah ketika kamu menutup mata dan masih perduli terhadapnya

Adalah ketika dia tidak memperdulikanmudan kamu masih menunggu dengan setia

Adalah ketika dia mulai mencintai orang lain dan kamu masih bisa tersenyum dan berkata,"Aku turut berbahagia untukmu"

Cinta sejati mengerti ketika kamu berkata,"Aku lupa"

Menunggu selamanya ketika kamu berkata,"Tunggu sebentar"

Tetap tinggal ketika dia melukai hatimu

Mencintai...

Bukanlah bagaimana kamu melupakan melainkan bagaimana kamu bertahan

Bukanlah bagaimana kamu mendengar melainkan bagaimana kamu mengerti

Bukanlah apa yang kamu lihat melainkan apa yang kamu rasa

Bukanlah bagaimana kamu melepaskan melainkan bagaimana kamu bertahan

Apabila cinta tidak berhasil

Bebaskan dirimu

Biarkan hatimu kembali melebarkan sayapnya dan terbang kealam bebas lagi

Ingatlah Bahwa kamu mungkin menemukan cinta dan kehilangan

Tapi ketika cinta itu mati,kamu tidak perlu mati bersamanya.

Menulis Itu Gampang ?

Oleh Desi Kristiani

bulan di atas kuburan

Demikian isi puisi ”Malam Lebaran” karya Sitor Situmorang. Puisi sebaris, teramat pendek, dan sederhana yang menimbulkan polemik. Di antaranya, banyak bersuara nyinyir, ”Cuma sebegitukah menulis puisi? Sesederhana itukah puisi? Berarti, gampang menulis puisi -- tak perlu sampai ‘berdarah-darah’ dan samedhi.” Benarkah demikian?
Bagi penyair, puisi adalah kebanggaannya, aliran darahnya, pelepasan ekspresinya, kepribadiannya, ciri khasnya, napas hidupnya – bahkan, sarana mencari sesuap nasi. Penyair menjadi mati – disebut tak berkarya – jika tidak menulis puisi. Sekian banyak kredo yang disampaikan penyair untuk menguatkan puisi -- seperti kredo Sutan Takdir Alisyabana, Chairil Anwar, dan Sutardji Calzoum Bachri; dan bejibun arti yang dikemukakan para ahli mengenai puisi, tetapi bagi orang awam, puisi adalah puisi – barisan kata dan kalimat yang mempunyai bait, rima, irama, dan sebagainya. Artinya, puisi tidak sepenting doa atau kitab suci.

***
Suatu malam, di salah satu kafe di Taman Ismail Marzuki, Sutardji Calzoum Bachri membenarkan bahwa menulis puisi itu gampang. ”Bahkan, apa pun bisa ditulis jadi puisi,” katanya. Wah!
Sesekali menyeruput teh manis yang mulai dingin, penyair yang sudah meninggalkan gaya mabok ini menjelaskan, segala kejadian yang ada, baik di sekitar maupun jauh dari kita, dapat ditulis menjadi puisi. Juga, peristiwa yang terjadi sesaat, seperti tabrakan kereta, pesawat jatuh, bom meledak, bisa dijadikan puisi. Sebab, puisi tak jauh beda dengan tulisan-tulisan lainnya, seperti laporan wartawan atau berita yang tertulis di koran, mengenai politik, sosial, ekonomi, demonstrasi. ”Sehingga ada penyair yang cuma memanfaatkan peristiwa-peristiwa tertentu untuk menulis puisi,” katanya.
Banyak yang terkejut dan meragukan pendapatnya ini. Meski Tardji diakui sebagai presiden penyair, bukan berarti perkataan presiden adalah sabda atau firman – yang tidak ada salah atau cacatnya. Lalu, ia menunjuk sepotong koran yang tergeletak di atas meja seraya menjelaskan bahwa berita-berita itu dapat menjadi puisi bila dibacakan dengan teknik puisi.
Serta merta saya tertarik, meraih koran itu dan membaca sepenggal beritanya, dengan artikulasi dan intonasi membaca puisi. Apa yang terjadi? Tardji tersenyum. Dan teman-teman seniman memperhatikan dengan mangut-mangut. Merasa belum cukup, saya membaca dua lembaran besar menu makanan dan minuman yang tergantung di dinding kafe itu dengan artikulasi dan intonasi yang sama dalam pembacaan puisi:

Nasi Goreng Es Campur
Pecel Lele Wedang Jahe
Soto Babat Es Jeruk
Ikan Bakar Kopi Susu
Sate Kambing Jus Nenas

Mendengar itu, Tardji tertawa. Dan teman-teman seniman bertepuk tangan. Sebaliknya, ingatan saya segera tertuju kepada dua penyair muda berbakat besar, yang mengekspresikan pendapat Tardji ini – dengan pendekatan lain. Yonathan Rahardjo sering menulis puisi dengan memasukkan jenis-jenis makanan dan minuman masyarakat kita sehari-hari, seperti ketupat, lepat, peyek, bandrek, pisang goreng.
Lebih ekstrem lagi Saut Sitompul, penyair yang baru saja pulang ke haribaanNya, berhasil menulis apa pun jadi puisi, bahkan menganjurkannya. Seperti isi salah satu puisinya:
ada daun jatuh, tulis/ada belalang terbang, tulis…
Jadi, benarkah segala sesuatu (persoalan) dapat dijadikan puisi? Tak perlukah bersusah payah menulis puisi? Tak perlukah merenung di gunung dan berpuasa setahun untuk membuat puisi? Tak perlukah perenungan, pendalaman dan pemadatan makna?
Tergantung pencipta puisi itu sendiri. Tetapi, siapa yang keberatan, jika apa saja yang dilihat, didengar, dirasa, dialami, lalu ditulis dengan bentuk puisi, lalu dinobatkan sebagai puisi? Jika semua masalah ditulis dengan berbentuk bait puisi, adakah yang melarang? Itu hak asasi seseorang. Hak berpendapat. Hak berekspresi. Hak berkarya. Bila akhirnya puisi yang dihasilkan itu dianggap tak berguna, ya, terserah. Jika pun orang-orang menganggap rada gila, ya, biarkan saja. Bukankah penyair besar sering bertingkah aneh-aneh, misalnya mabok bir, bawa kapak, buka baju dan bergulingan di atas panggung kala baca puisi? Lagi pula, entah apa dasar hukumnya, untuk dapat diakui penyair, seseorang harus berani bertindak rada gila; seperti teriak-teriak di keramaian, baca puisi di atas pohon? Semuanya demi puisi, demi puisi. Demikian anehkah puisi?

***
Banyak jalan menuju Roma. Beribu cara untuk menciptakan puisi. Salah satu kiat jitu yang kerap diakui (baik tua maupun muda dan pemula) adalah jatuh cinta. Bukankah orang yang sedang kasmaran gampang menulis puisi? Seperti puisi ”Surat Cinta” Rendra, berikut ini:
Engkau adalah putri duyung
tergolek lemas
mengejap-ngejapkan matanya yang indah
dalam jaringku.

Jadi, dengan menumpahkan isi hati di atas secarik kertas dengan kata-kata indah dan terpilih, tulisan akan menjelma puisi. Atau, silakan tulis surat cinta dengan kalimat-kalimat berbunga, dengan bentuk larik dan bait puisi, ya, dapat juga disebut puisi. Artinya, semakin sering jatuh cinta, tentu semakin terangsang untuk menulis puisi lebih banyak. Semakin banyak jatuh cinta, semakin banyak stock puisi yang akan tersedia.
Berarti, puisi itu dapat dihasilkan oleh siapa pun, yang bukan penyair? Benar. Siapa pun boleh menulis puisi -- tidak sebatas penyair semata. Tidak ada syarat atau batasan tertentu untuk dapat menulis puisi. Pencopet, penodong, pedagang asongan, petani, polisi, politikus, penipu, penjudi, pengusaha menengah, bankir, konglomerat, pengamen, boleh menulis puisi, tak ada larangan atau kutukan. Tak perlu takut dan frustasi. Puisi itu bukan kuntilanak atau momok hitam yang menakutkan. Jadi, tulislah puisi semampu dan seluas jangkauan dan wawasan.
Jika puisi yang ditulis dinilai orang jelek, tak perlu berduka dan frustasi. Terus saja menulis puisi, meski belum memenuhi kaidah-kaidah puitis. Ciptakan terus, tanpa henti – toh masih ada hari esok menanti untuk puisi yang (mungkin) lebih baik. Sejelek apa pun puisi yang dibuat, kata Tardji, tetap saja puisi. Tetapi, silakan renungkan sendiri, termasuk kategori puisi apa? Puisi asal jadi? Puisi basi? Adakah berisi tanda? Atau sekadar corat-coret penumpahan isi hati?
Ingat, puisi bukan alat propaganda, bukan sarana pelepasan kegalauan, bukan pula tong sampah unek-unek.

***
Meski bahasa puisi dan bukan puisi terasa cair; sesungguhnya puisi, sesederhana apa pun, harus penuh dengan ambiguitas dan homonim, penuh dengan asosiasi, memiliki fungsi ekspresif, menunjukkan nada dan sikap—mengutamakan tanda. Masalah ini dipertegas Rene
Wellek & Austin Warren, bahasa puisi penuh pencitraan, dari yang paling sederhana sampai sistem mitologi (1993:20). Sementara Sapardi Djoko Damono memberi pengertian lebih sederhana, bahwa puisi adalah ”ingin mengatakan begini, tetapi dengan cara begitu.”
Jika demikian, puisi yang tidak dipenuhi tanda, belum layak disebut puisi? Ingat pendapat Tardji, tetap puisi. Tetapi puisi sesaat; sekali cecap langsung tak bermanfaat. Puisi donat. Seperti puisi yang dibuat anak kelas empat SD, tetap saja disebut puisi.
Itu pula alasan Tardji membagi puisi berdasarkan fungsinya. Jika seseorang menulis puisi untuk kebutuhan sesaat, ya, cuma sebatas itu manfaatnya.
Puisi itu akan segera tersapu angin dan hujan. Sebaliknya, jika puisi diciptakan berdasarkan perenungan mendalam, tanpa dipengaruhi kebutuhan apa pun, akan menjadi puisi sejati. Contohnya puisi-puisi Chairil Anwar. ”Maka, sangat disayangkan, bila ada penyair yang menulis puisi dengan memanfaatkan peristiwa-peristiwa tertentu,” imbuhnya.
Sekilas pendapat ini bertentangan dengan kesimpulan Wellek & Warren, bahwa tipe-tipe puisi harus memakai paradoks, ambiguitas, pergeseran arti secara konstektual, asosiasi irasional, memperkental sumber bahasa sehari-hari, bahkan dengan sengaja membuat
pelanggaran-pelanggaran. Tetapi, bila dicermati, pendapat Tardji lebih mudah dimengerti dan lebih menegaskan atas keluhan penyair-penyair muda, ”Ada juga puisi pesanan. Puisi yang ditulis oleh penyair untuk kebutuhan, momen atau acara tertentu dengan bayaran tertentu pula.”
Bertitik tolak dari pendapat ini, berarti menulis puisi teramat sulit-lit. Tidak cukup dengan mengamati peristiwa-peristiwa yang ada. Menulis puisi harus penuh perenungan, mendasar dan berdasar. Bahkan, terkadang harus mengalami trance. Apa yang dilihat, didengar, dirasa, dialami, tidak serta merta dapat dijadikan puisi, melainkan harus dikaji, diendapkan, direnungkan secara mendalam. Untuk menulis sebuah puisi saja, sering penyair harus melalui proses sepekan, setahun, sepuluh tahun. Itu pula sebabnya, bila dibandingkan dengan karya seniman lain, sepertinya daya kreativitas penyair dalam berkarya sangat tertinggal jauh. Sebab, setiap penyair (sejati), meski telah berkarya secara maksimal seumur hidupnya, tak dapat menghasilkan seabrek puisi. Bahkan, tak sedikit penyair seumur hidupnya cuma mampu menulis beberapa puisi, misalnya Toto Sudarto Bachtiar, Subagio Sastrowardoyo, JS Tatengkeng.
Lalu, masihkah dapat disebut menulis puisi itu gampang? Ada yang menjawab, tergantung kata hati. Ada juga yang menyebut, tanyakan daun-daun yang berguguran. Bahkan, ada pendapat lebih ekstrem, tanyakan pejabat atau konglomerat yang getol bikin puisi, lalu menerbitkan seabrek buku puisi (persis album rekaman dangdut) dan membuat album dangdut puisi atau puisi dangdut yang dipasarkan door to door dengan pelbagai alasan sosial, kemanusiaan dan pengabdian. Ayo, siapa ikut bergoyang puisi?

Penulis adalah pekerja seni