Selasa, 15 Desember 2009

Quantum Teaching, Pembelajaran yang Menyenangkan

QUANTUM TEACHING
1. PENGERTIAN DAN LANDASAN
Quantum adalah interaksi yang mengubah energi manjadi cahaya, sedangkan teaching adalah pengajaran. Jadi, Quantum Teaching dapat diartikan sebagai orkestrasi bermacam-macam interaksi yang ada di dalamdan sekitar moment belajar. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan belajar siswa. Interaksi-interaksi ini mengubah kemampuan dan bakat alamiah peserta didik menjadi cahaya yang bermanfaat bagi mereka sendiri dan orang lain. Quantum Teaching memberikan petunjuk spesifik untuk menciptakan lingkungan belajar efektif, merancang kurikulum, menyampaikan isi dan memudahkan proses belajar. Quantum Teaching diciptakan berdasarkan teori-teori pendidikan seperti Accelerated Learning, Multipel Intelegence, Experential Learning, dan Cooperative Learning. Sebagai sebuah pendekatan belajar, Quantum Teaching menawarkan suatu sintesis dari hal-hal seperti cara-cara baru untuk memaksimalkan dampak usaha pengajaran melalui perkembangan hubungan, pegubahan belajar, dan penyampaian kurikulum. Pendekatan ini dibangun bedasarkan pengalaman delapan belas tahun dan penelitian terhadap 25.000 peserta didik dan sinergi dengan pendapat ratusan pendidik.Quantum Teaching bersandar pada konsep ; "Bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka". Inilah asas atau landasan utama dibalik segala strategi, Model, dan keyakinan Quantum Teaching. Segala hal yang dilakukan dalam kerangka Quantum Teaching, setiap interaksi dengan peserta didik, setiap rancangan kurikulum, dan setiap metode instruksional dibangun atas prinsip bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka. Prinsip ini mengingatkan kita pada pentingnya memasuki dunia peserta didik sebagai langkah yang amat penting.

2. PRINSIP-PRINSIP QUANTUM TEACHING

Quantum Teaching memiliki lima prinsip, yaitu;Pertama, segalanya berbicara, termasuk lingkungan kelas, bahasa tubuh, desain pelajaran, dan lain-lain. Segalanya dalam lingkungan kelas hinggga bahasa tubuh anda, dari kertas yang anda bagikan hingga rancangan pelajaran anda mengirim pesan tentang belajar.Para guru harus menyadari dan memahami bahwa perasaan dan sikap peserta didik akan terlibat dan berpengaruh kuat terhadap proses pembelajaran. Untuk itu para guru harus dapat menciptakan kesenangan dalam proses pembelajaran, karena kesenangan dan kegembiraan dalam pembelajaran akan membuat peserta didik lebih mudah bahkan dapat mengubah sikap negatif dalam proses pembelajaran. Hal ini berarti bahwa seseorang akan belajar dengan segenap kemampuannya jika ia menyukai yang dipelajarinya dan merasa senang terlibat dalam hal tersebut. Gunakan afirmasi untuk menambah lebih banyak kegembiraan, menjalin hubungan serta menyingkirkan segala macam ancaman dari suasana belajar, seperti marah, mengejek atau mencemoohkan dan lain-lain. Karena ketika otak menerima ancaman dan tekanan, kapasitas saraf untuk berfikir rasional mengecil, akibatnya otak tidak dapat mengakses keterampilan berfikir tingkat tinggi dan kemampuan belajar peserta didik benar-benar berkurang.Kedua, segalanya bertujuan. Semua yang terjadi dalam pengubahan anda mempunyai tujuan.Ketiga, pengalaman sebelum pemberian nama. Pengalaman menciptakan ikatan emosional dan peluang untuk pemberian makna atau penamaan. Pengalaman juga menciptakan pertanyaan mental yang harus di jawab, seperti mengapa? Apa? Jadi, pengalaman membangun keingintahuan peserta didik, menciptakan pertanyaan-pertanyaan tersebut dalam benak mereka, membuat mereka panasaran, setelah itu baru anda memberi nama. Disamping itu otak kita berkemban dengan pesat dengan adanya rangsangan kompleks, yang akan menggerakkanrasa ingin tahu. Oleh karena itu proses pembelajaran yang paling baik terjadi setelah peserta didik mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk mereka pelajari.Keempat, akui setiap usaha. Setiap orang senang pengakuan. Menerima pengakuan membuat kita merasa bangga, percaya diri dan bahagia. Penelitian mendukung bahwa kemampuan peserta didik meningkat karena pengakuan pendidik. Peserta didik yang dibuat merasa tidak diterima dan tidak kompeten akan lambat memulihkan rasa percaya diri mereka. Oleh karena belajar mengandung resiko dan dengan belajar berarti melangkah keluar dari kenyamanan, Maka saat mahasiswa mengambil langkah ini, mereka patut mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka. Untuk itu kerja keras perlu dirayakan. Karena perayaan kerja keras akan mendorong mereka memperkuat rasa tanggungjawab dan mengawali proses belajar mereka sendiri. Bila respon yang diterima menyenangkan, peserta didik akan cenderung mengulang respon tersebut karena ingin memelihara akibat yang menyenangkan. Bila respon itu kurang menyenangkan, peserta didik cenderung mencari jalan yang dapat mengurangi rasa tidak menyenangkan tersebut dengan cara menghindari respon yang sama atau melakukan prilaku lain. Implikasinya dalam kegiatan pebelajaran adalah perlunya pemberian umpan balik yang positif dengan segeraatas keberhasilan atau respon yang benar dari peserta didik dan peserta didik harus aktif membuat respon, bukan duduk manis mendengarkan saja. Dalam pengembangan kegiatan pembelajaran , hal ini diterapkan dalam bentuk pemberian latihan dan tes untuk dikerjakan peserta didik serta pemberian umpan balik segera terhadap hasilnya. Kelima, jika layak dipelajari, maka layak di rayakan. Setiap kesuksesan dan langkah menuju kemenangan akan memacu peserta didik, jka langkah itu ditambatkan pada perayaan. Perayaan adalah “sarapan” para juara. Perayaan memberikan umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi yang positif terhadap belajar. Disamping itu perayaan juga dapat meningkatkan minat dan motivasi peserta didik dalam belajar. Sebaliknya apabila keberhasilan peserta didik tersebut tidak dirayakan atau diperkuat dengan pemberian akibat yang menyenangkan maka kemampuan atau keterampilan yang baru dikuasainya dapat hlang atau berkurang frekuensinya. Implikasi prinsip ini dalam pembelajaran adalah perlunya pemberian isi pelajaran yang berguna bagi peserta didik di luar ruang kelas damn memberika umpan balik berupa imbalan dan penghargaan terhadap keberhasilan peserta didik.Ada beberapa bentuk perayaan yang dapat dilakukan untuk menghargai kesuksesan peserta didik antara lain adalah tepuk tangan, ungkapan pujian, kejuatan, pengakuan kekuatan dan lain-lain.

3. Nilai-Nilai Quantum Teaching dalam Pengembangan Pembelajaran di Sekolah

Nilai-nilai Quantum Teaching dalam pengembangan pembelajaran di sekolah dapat dilihat dari dua sisi, yaitu konteks dan isi. Dari sisi konteks, nilai-nilai Quantum Teaching dalam pengembangan pembelajaran di sekolah mencakup beberapa hal sebagai berikut;1 Suasana yang memberdayakan berkaitan dengan bahasa yang dipilih, cara menjalin rasa simpati dengan peserta didik, dan sikap terhadap sekolah dan belajar. Untuk membangun suasana yang memberdayakan atau menggairahkan tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu niat, hubungan, dan kegembiraan. Pertama, niat kuat kepercayaan seorang guru akan kemampuan dan motivasi peserta didik melakukan yang terbaik. Sikap ini sangat berpengaruh terhadap iklim belajar dan hasil belajar peserta didik. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran, guru harus menganggap atau memandang semua peserta didik merupakan siswa-siswa yang unggul, yang dapat mengembangkan potensi dirinya semaksimal mungkin. Guru tidak boleh memandang peserta didik bodoh. Karena keyakinan seseorang akan kemampuan dirinya sangat berpengaruh kepada kemampuan diri itu sendiri. Kedua, hubungan. Untuk menarik keterlibatan peserta didik, guru harus membangun hubungan dengan cara menjalin rasa simpati dan saling pengertian. Untuk itu, perlakukan peserta didik sebagai manusia sederajat, ketahuilah apa yang disukai oleh peserta didik, cara fikir mereka, perasaan mereka mengenai hal-hal yang terjadi dalam kehidupan mereka, berbicaralah dengan jujur kepada mereka. Dengan menjalin rasa simpati dan saling pengertian ini dapat memudahkan pengelolaam kelas dan meningkatkan kegembiraan. Untuk itu guru perlu menarik perhatian peserta didik dalam proses pembelajaran, dengan cara menunjukkan hal-hal sebagai berikut.
a. Apa yang akan dikuasai oleh peserta didik setelah proses pembelajaran berlangsung
b. Bagaimana peserta didik menggunakan apa yang dikuasainya ke dalam kehidupan sehari-hari (Contextual Learning).
c. Bagaimana suatu yang dikuasainya itu dapat melengkapi, manambah, atau berintegrasi dengan apa yang telah dikuasai sebelumnya. Penjelasan ini penting artinya karena peserta didik akan belajar leih cepat dan mudah bila ia dapat mengintegrasikan suatu yang dipelajarinya dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang telah dimliki sebelumnya.
d. Bagaimana prosedur yang harus diikuti atau kegiatan yang harus dilakukan peserta didik agar ia mencapai tujuan pembelajarane. Bagaimana cara penilaian yang akan diberikan kepada peserta didik dalam pelajaran tersebut, atau apa keuntungan peserta didik bila ia mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Ketiga, keriangan dan ketakjuban. Keriangan dan ketakjuban dapat membawa kegembiraan dalam proses pembelajaran, sehingga menjadi lebih menyenangkan dan santai. Menyenangkan berarti suasana kelas penuh diliputi suasana demokrasi. Peserta didik bebas menyampaikan gagasan-gagasan dalam berpendapat. Peserta didik tidak dliputi rasa takut dalam menyampaikan pertanyaan. Guru dalam merespon peserta didik senantiasa menanggapi dengan gaya dan bahasa yang penuh motivasi dan empati. Pembelajaran yang menyenangkan dan santai dapat membuat peserta didik siap belajar dengan lebih mudah dan bahkan dapat mengubah sikap negatif terhadap pelajaran yang diajarkan. 2. Lingkungan yang mendukung.Lingkungan kelas harus ditata dengan baik sehingga mendukung proses belajar yang menyenangkan, hidup dan penuh semangat. Lingkungan kelas seperti ini akan mempengaruhi kemampuan peserta didik untuk berkonsentrasi dalam menyerap informasi. Menata lingkungan kelas dapat dilakukan dengan membuat poster, pewarnaan, alat bantu dalam proses pembelajaran, susunan bangku atau musik.

DAFTAR PUSTAKA
Deporter, Bobbi, dkk. 2000. Quantum Teaching. Bandung : KAIFA.
http://mahmun.wordpress.com
http://www.smpn1sumber.sch.id

Rabu, 02 Desember 2009

Menjadi Guru Profesional


Dalam manajemen sumber daya manusia, menjadi profesional adalah tuntutan jabatan, pekerjaan ataupun profesi. Ada satu hal penting yang menjadi aspek bagi sebuah profesi, yaitu sikap profesional dan kualitas kerja. Profesional (dari bahasa Inggris) berarti ahli, pakar, mumpuni dalam bidang yang digeluti.

Menjadi profesional, berarti menjadi ahli dalam bidangnya. Dan seorang ahli, tentunya berkualitas dalam melaksanakan pekerjaannya. Akan tetapi tidak semua Ahli dapat menjadi berkualitas. Karena menjadi berkualitas bukan hanya persoalan ahli, tetapi juga menyangkut persoalan integritas dan personaliti. Dalam perspektif pengembangan sumber daya manusia, menjadi profesional adalah satu kesatuan antara konsep personaliti dan integritas yang dipadupadankan dengan skil atau keahliannya.

Menjadi profesional adalah tuntutan setiap profesi, seperti dokter, insinyur, pilot, ataupun profesi yang telah familiar ditengah masyarakat. Akan tetapi guru...? Sudahkan menjadi profesi dengan kriteria diatas. Guru jelas sebuah profesi. Akan tetapi sudahkah ada sebuah profesi yang profesional...? Minimal menjadi guru harus memiliki keahlian tertentu dan distandarkan secara kode keprofesian. Apabila keahlian tersebut tidak dimiliki, maka tidak dapat disebut guru. Artinya tidak sembarangan orang bisa menjadi guru.

Namun pada kenyataanya, banyak ditemui menjadi guru seperti pilihan profesi terakhir. Kurang bonafide, kalau sudah mentok tidak ada pekerjaan lain atau sebuah status sosial yang lekat dengan kemarginalan, gaji kecil, tidak sejahtera malah dibawah garis kemisikinan. Bahkan guru ada yang dipilih asal comot yang penting ada yang mengajar. Padahal guru adalah operator sebuah kurikulum pendidikan.Ujung tombak pejuang pengentas kebodohan. Bahkan guru adalah mata rantai dan pilar peradaban dan benang merah bagi proses perubahan dan kemajuan suatu masyarakat atau bangsa.

Mengingat guru adalah profesi yang sangat idealis, pertanyaannya adakah guru profesional itu...? Dan bagaimana melahirkan sosok guru yang profesional tersebut...?

Guru Profesional
Kalau mengacu pada konsep di atas, menjadi profesional adalah meramu kualitas dengan intergiritas, menjadi guru pforesional adalah keniscayaan. Namun demikian, profesi guru juga sangat lekat dengan peran yang psikologis, humannis bahkan identik dengan citra kemanusiaan. Karena ibarat sebuah laboratorium, seorang guru seperti ilmuwan yang sedang bereksperimen terhadap nasib anak manusia dan juga suatu bangsa.Ada beberapa kriteria untuk menjadi guru profesional.

Memiliki skill/keahlian dalam mendidik atau mengajar

Menjadi guru mungkin semua orang bisa. Tetapi menjadi guru yang memiliki keahlian dalam mendidikan atau mengajar perlu pendidikan, pelatihan dan jam terbang yang memadai. Dalam kontek diatas, untuk menjadi guru seperti yang dimaksud standar minimal yang harus dimiliki adalah:
Memiliki kemampuan intelektual yang memadai
Kemampuan memahami visi dan misi pendidikan
Keahlian mentrasfer ilmu pengetahuan atau  metodelogi pembelajaran
Memahami konsep perkembangan anak/psikologi perkembangan
Kemampuan mengorganisir dan problem solving
Kreatif dan memiliki seni dalam mendidik
Personaliti Guru

Profesi guru sangat identik dengan peran mendidik seperti membimbing, membina, mengasuh ataupun mengajar. Ibarat sebuah contoh lukisan yang akan ditiru oleh anak didiknya. Baik buruk hasil lukisan tersebut tergantung dari contonya. Guru (digugu dan ditiru)  otomatis menjadi teladan. Melihat peran tersebut, sudah menjadi kemutlakan bahwa guru harus memiliki integritas dan personaliti yang baik dan benar. Hal ini sangat mendasar, karena tugas guru bukan hanya mengajar (transfer knowledge)  tetapi juga menanamkan nilai - nilai dasar dari bangun karakter atau akhlak anak.

Memposisikan profesi guru sebagai  The High Class Profesi

Di negeri ini sudah menjadi realitas umum  guru bukan menjadi profesi yang berkelas baik secara sosial maupun ekonomi. Hal yang biasa, apabila menjadi Teller di sebuah Bank, lebih terlihat high class dibandingkan guru. jika ingin menposisikan profesi guru setara dengan profesi lainnya,  mulai di blow up bahwa profesi guru strata atau derajat yang tinggi dan dihormati dalam masyarakat. Karena mengingat begitu fundamental peran guru bagi proses perubahan dan perbaikan di masyarakat.

Mungkin kita perlu berguru dari sebuah negara yang pernah porak poranda akibat perang. Namun kini telah menjelma menjadi negara maju yang memiliki tingkat kemajuan ekonomi dan teknologi yang sangat tinggi. Jepang merupakan contoh bijak untuk kita tiru. Setelah Jepang kalah dalam perang dunia kedua,  dengan dibom atom dua kota besarnya, Hirohima dan Nagasaki, Jepang menghadapi masa krisis dan kritis kehidupan berbangsa dan bernegara yang sangat parah. Namun ditengah kehancuran akibat perang, ditengah ribuan orang tewas dan porandanya infrastruktur negaranya, Jepang berpikir cerdas untuk memulai dan keluar dari kehancuran perang. Jepang hanya butuh satu keyakinan, untuk bangkit. Berapa guru yang masih hidup...?

Hasilnya setelah berpuluh tahun berikut, semua orang terkesima dengan kemajuan yang dicapai Jepang. Dan tidak bisa dipungkiri, semua perubahan dan kemajuan yang dicapai, ada dibalik sosok Guru yang begitu dihormati dinegeri tersebut.

Kini, lihatlah Indonesia, negara yang sangat kurang respek dengan posisi guru. Negara yang kurang peduli dengan nasib guru. Kini lihatlah hasilnya. Apabila mengacu pada Human Index Development (HDI), Indonesia menjadi negara dengan kualias SDM yang memprihatinkan. Berdasarkan HDI tahun 2007,  Indonesia berada diperingkat 107 dunia dari 177 negara. Bila dibandingkan dengan negara sekitar, tingkat HDI Indonesia jauh tertinggal.Contoh Malaysia berada diperingkat 63,  Thailand 78, dan Singapura 25. Indonesia hanya lebih baik dari Papua Nugini dan Timor Leste yang berada diposisi 145 dan 150.

HDI merupakan potret tahunan untuk melihat perkembangan manusia di suatu negara. HDI adalah kumpulan penilaian dari 3 kategori, yakni kesehatan, pendidikan dan ekonomi. Menjadi jelaslah bahwa, sudah saatnya Indonesia menjadikan sektor pendidikan sebagai prioritas utama dalam program pembangunan. Apabilah hal ini tidak dibenahi, bukan hal mustahil daya saing dan kualitas manusia Indonesia akan lebih rendah dari negara yang baru saja merdeka seperti Vietnam atau Timor Leste.

Program Profesionalisme Guru
Pola rekruitmen yang berstandar dan selektif
Pelatihan yang terpadu, berjenjang dan berkesinambungan (long life eduction)
Penyetaraan pendidikan dan membuat standarisasi mimimum pendidikan
Pengembangan diri dan motivasi riset
Pengayaan kreatifitas untuk menjadi guru karya (Guru yang bisa menjadi guru)
Peran Manajeman Sekolah
Fasilitator program Pelatihan dan Pengembangan profesi
Menciptakan jenjang karir yang fair dan terbuka
Membangun manajemen dan sistem ketenagaan yang baku
Membangun sistem kesejahteraan guru berbasi